PLTP Mataloko dibangun di atas lahan seluas 12,9 hektare dalam Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) seluas 996,2 hektare. Infrastruktur jalan ditingkatkan sepanjang 7 km menggunakan jalur eksisting tanpa menggusur lahan produktif warga. Proses pengadaan lahan telah diselesaikan oleh Kantor ATR/BPN Ngada pada tahun 2021-2022.
Untuk memastikan keterlibatan masyarakat, PLN telah melaksanakan proses Free, Prior and Informed Consent (FPIC) di lima desa sekitar proyek, guna memperkuat penerimaan sosial terhadap pembangunan energi panas bumi.
Proyek ini juga memberikan dampak ekonomi langsung kepada masyarakat. Dari total 315 tenaga kerja yang terlibat, sekitar 80 % merupakan warga lokal.
Baca juga: NTT Masuk Wilayah Risiko Tinggi Karhutla 2025, BMKG Imbau Pemda Tingkatkan Kesiapsiaagaan
General Manager PT PLN (Persero) UIP Nusra, Yasir, menegaskan bahwa PLN siap menjalin sinergi dengan berbagai pihak, termasuk Tim Satuan Tugas Geothermal yang dibentuk Pemerintah Provinsi NTT. “Kami siap melakukan survei lapangan bersama Tim Satgas. Harapannya, upaya bersama ini dapat mewujudkan cita-cita besar Flores sebagai pulau mandiri energi berbasis sumber daya panas bumi,” ujar Yasir.
Di sisi lain, PLN juga aktif melaksanakan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di wilayah Mataloko, meliputi layanan pengobatan gratis, bantuan alat kesehatan, perbaikan sarana pendidikan, serta pelatihan dan pendampingan UMKM lokal.
Melalui proyek-proyek energi bersih, PLN berkomitmen menjadi motor penggerak transformasi ketenagalistrikan nasional yang berkelanjutan, inklusif, dan berpihak kepada masyarakat.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News