Prestasi ini disambut dengan bangga oleh komunitas akademik UNIKA Ruteng.
Rektor UNIKA Ruteng, Dr. Manfred Habur, mengungkapkan apresiasi tinggi atas pencapaian tersebut.
“Ini membuktikan bahwa mahasiswa teologi tidak hanya berpikir tentang dogma, tetapi juga kritis terhadap realitas sosial” ujarnya.
Sementara itu, dalam group sesama mahasiswa, Leonardus Avendri, menyatakan bahwa kemenangan ini menginspirasi teman-teman mahasiswa untuk percaya diri menuangkan pemikiran mereka.
“Kami bangga pada Trisno. Ini bukan hanya kemenangan pribadi, tapi juga bukti bahwa suara dari kampus kecil di Ruteng bisa berdampak luas.”
Trisno sendiri mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraannya.
“Saya ingin dedikasi dan perjuangan perempuan-perempuan yang sering dilupakan sejarah mendapatkan tempatnya. Mereka adalah bagian dari kemerdekaan yang sesungguhnya,” katanya dengan semangat.
Bagi Trisno, Lomba yang terbuka untuk kategori pelajar, mahasiswa, dan umum ini tidak hanyamenjadi ajang kompetisi, tetapi juga ruang refleksi kolektif tentang makna kemerdekaan dari sudut pandang perempuan.
Kemenangan Trisno dalam perlombaan ini membuktikan bahwa narasi-narasi alternatif berbasis riset dan kearifan lokal memiliki kekuatan untuk mengubah wacanabahkan di tengah dominasi cerita besar yang seringkali menutupi banyak suara.
“Sejarah tanpa perempuan adalah fiksi,” tulisnya di akhir esai.
Kini, dengan penghargaan ini, ia berharap agar sejarah yang hampir terlupakan bisa kembali bercahaya dan mendapat tempat.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News