Berita Sikka

Anak Muda di Sikka Ini Ubah Ubi Talas jadi Produk Bernilai Tinggi, Viral dengan Brand 'Roset Rohe'

Perjalanan Heliana dalam berwirausaha tidak instan. Awal tahun 2023, saat masih bekerja di sebuah restoran di Desa Waiara

Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/H-O AURELIA HELIANA
BERWIRAUSAHA - Sosok Aurelia Heliana (27) wirausahawan muda di balik brand Keripik Ubi Talas Roset Rohe, yang mengolah ubi talas lokal dari Desa Umauta, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, menjadi camilan favorit. 

Laporan Reporter Magang TRIBUNFLORES.COM Stevani Thresia

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Di tengah persaingan mencari kerja yang kian ketat, semangat wirausaha menjadi oase bagi banyak anak muda. 

Salah satunya adalah Aurelia Heliana (27), seorang lulusan Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Nusa Nipa, yang kini sukses merintis bisnis keripik keladi (talas) dengan brand "Roset Rohe" (R2). 

Kisahnya adalah bukti nyata bahwa gelar sarjana tak harus membatasi peluang, melainkan harus membuka pola pikir untuk melihat potensi di depan mata.

Perjalanan Heliana dalam berwirausaha tidak instan. Awal tahun 2023, saat masih bekerja di sebuah restoran di Desa Waiara, bisnis keripik keladi ini hanyalah pekerjaan sampingan. 

 

Baca juga: Kisah Sukses Magdalena, Pengusaha Pangkas Rambut Binaan CU Bahtera Sejahtera Maumere

 

 

Meskipun gelar sarjananya tersemat dari Fakultas Teknologi Pangan, Pertanian dan Perikanan, ia tak gentar menggeluti usaha yang "berbanding terbalik" dengan jurusannya.

"Saya melihat peluang. Ketika seseorang hanya melihat pada basic keilmuan yang diambil pada saat kuliah, itu berarti keterbelakangan mindset," ungkap anak pertama dari empat bersaudara ini. Prinsip kuatnya adalah "kita harus berani mencoba sesuatu yang baru."

Namun, tahun 2024 menjadi titik balik. Heliana memutuskan resign untuk fokus mengikuti tes CPNS. Ketika keberuntungan belum berpihak, kebingungan pun melanda. 

“Saya mulai kebingungan bagaimana saya harus mencari kerja dan menghasilkan uang,” kenangnya. Kewalahan mencari pekerjaan di usia 27 tahun, ia kembali pada semangat wirausaha, memanfaatkan sisa gaji dari restoran untuk memutar modal.

Inovasi dari Kampung Halaman: Roset Rohe

Heliana kemudian melirik potensi pangan lokal yang melimpah di kampung halamannya, Kampung Rohe, Desa Umauta, Kecamatan Bola. Di sana, keladi (ubi ntalas) yang dijual petani masih mentah (gelondongan) dengan harga pasar yang tidak stabil. 

Dari situlah muncul ide brilian: mengolah ubi roset (nama daerah untuk ubi ntalas) menjadi produk bernilai jual tinggi.

Nama Roset Rohe (R2) dipilih sebagai identitas, diambil dari istilah lokal: Roset (ubi talas) dan Rohe (nama kampung asal yang juga dikenal sebagai penghasil talas).

Awalnya, produk home industry ini dipasarkan secara terbatas kepada teman, keluarga, dan orang-orang terdekat sebagai uji coba. Peminat pun mulai bermunculan. Pemasaran perdananya di wilayah yang lebih luas dilakukan melalui kegiatan Expo pangan lokal mahasiswa KKN di Desa Umauta, Kecamatan Bola.

Menjawab Tantangan dan Peluang Pasar

Dalam proses produksi, Heliana awalnya menggunakan bahan baku dari kebun orang tuanya. Namun, tingginya permintaan pasar mengharuskannya membeli ubi talas dari para petani di Kampung Rohe. 

Keputusan ini disambut baik oleh masyarakat setempat karena turut membantu perekonomian warga.

Awalnya menggunakan bumbu instan, Heliana kemudian berinovasi dengan membuat bumbu hand made setelah mendapat masukan dari konsumen yang menginginkan pilihan lebih sehat, ketimbang bumbu toko yang tinggi MSG (Monosodium Glutamat). 

Respon konsumen sangat positif, dengan varian nano-nano (campuran bawang putih, daun jeruk, gula, garam, dan cabai) menjadi yang paling digemari karena sensasi pedasnya. Varian original dan manis pandan/karamel pandan juga menjadi favorit.

Heliana juga terus memperbaiki proses produksi dan pemasaran. Meskipun masih menggunakan alat-alat manual seperti pemotong ubi, ia telah mengubah kemasan plastiknya menjadi lebih menarik, lengkap dengan label brand R2. 

Dalam sebulan, ia mampu berproduksi empat kali, menghasilkan omzet sekitar Rp 1 juta (mengingat ia juga menjual produk lain selain keripik), dengan keuntungan bersih sekitar Rp 250 ribu dari modal bahan baku Rp 100-150 ribu.

Dukungan Akademisi dan Pesan untuk Kaum Muda

Inisiatif Heliana mendapat apresiasi dari akademisi. Mario Malado, S.P., MP., seorang Dosen program studi Agroteknologi Universitas Nusa Nipa dan pelanggan setia R2, menilai bisnis ini sebagai bagian dari pemanfaatan pangan lokal. "Kita memiliki banyak sumber daya pangan lokal namun kadang belum tersentuh. Dengan adanya keripik Roset Rohe ini, pangan lokal dari Kampung Rohe secara langsung dimanfaatkan dengan baik, dan bisa dikonsumsi untuk pasar nasional," ujarnya.

Keripik Roset Rohe tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 60 gr hingga 1 kg, disesuaikan dengan permintaan konsumen.

Kepada kaum muda, terutama yang bergelar S1, Heliana menitipkan pesan : "Jangan terjebak dengan gelar sampai takut dan gengsi melakukan sesuatu yang bukan level kita. 

Sebenarnya, sekolah itu adalah mengubah mindset untuk berpikir melihat peluang yang ada di depan mata. Jangan pernah takut untuk mencoba karena memang mencoba belum tentu berhasil, tetapi kalau tidak mencoba pasti sudah gagal" tutupnya.

Kisah Aurelia Heliana dan Keripik Roset Rohe adalah inspirasi yang membuktikan bahwa semangat, keberanian, dan kemampuan melihat peluang di tengah keterbatasan dapat mengubah ubi talas biasa menjadi sumber penghasilan yang memberdayakan diri dan masyarakat.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved