Berita Lembata

Belajar Sejak Usia Balita, Oce Pukan Mahir Menenun Sarung Lembata.

Remaja putri Lembata menampilkan kepiawaian menenun selendang dan sarung tenun dalam pagelaran Eksplorasi Budaya Lembata di Kecamatan Nagawutung.

Editor: Egy Moa
TRIBUN FLORES.COM/RICKO WAWO
Yosefina Ure Pukan (14) menenun pada pergelaran Eksplorasi Budaya Lembata di Kecamatan Nagawutung, Rabu, 23 Februari 2022. 

Laporan Reporter TRIBUNFLROES.COM, Ricko Wawo

TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA-Pagelaran Eksplorasi Budaya Lembata Kecamatan Nagawutung di Desa Labalimut, Rabu, 23 Februari 2022 menghadirkan sajian yang berbeda.

Semua pandangan mata tertuju pada aktivitas seorang remaja perempuan Yosefina Ure Pukan (14). Decak kagum mereka memperhatikan kepiawaian tangannya memeragakan alat-alat tenun menenun sehelai selendang.

Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday, kagum menyaksikan kemampuan Oce Pukan, sapaan remaja SMPN Nagawutung memesan selendang hasil tenun Oce Pukan.

Putri pasangan Maria Lete Hayong, dan Aloysius Pukan, hanyalah satu dari sekian anak perempuan di Lembata yang pandai menenun. Keterampilan yang hanya bisa dilakukan oleh perempuan-perempuan dewasa.

Baca juga: Sika Sed Angi Keferok,Ritual Membersihkan Penyakit di Kampung Boto Lembata

Maria Lete Hayong, menuturkan bahwa putri bungsunya itu belajar menenun sejak usianya lima tahun. Kebiasaan Maria menenun setiap hari membawa Oce akrab dengan alat-alat tenun.

“Dari umur 2 tahun, dia sudah mulai pegang pintal benang,”kata Maria.

Maria mengakui, Oce sudah mahir menenun menghasilkan banyak motif selendang dan kain sarung. Ia dan suaminya mendukung bakat Oce dan terus memotivasinya.

Oce Pukan mengaku hobinya menenun sejak kecil. Meski saat sekarang hampir tak ada anak perempuan yang bisa menenun seperti ibu mereka.

“Tidak sulit menenun, mudah saja. Saya belajar dari mama. Bisa menenun itu kemampuan yang bagus,” ujar pelajar kelas 1 SMPN.

Baca juga: Menghalau Sial dan Penyakit, Kampung Lewolein Lembata Hening Tanpa Penerangan

Oce Pukan mengajak teman-temannya belajar menenun supaya budaya warisan nenek moyang itu tidak hilang ditelan zaman.

Ia mengatakan, menghasilkan tenun ikat yang cukup rumit memberikan tentangan sendiri buatnya. Dimulai dari menanam kapas, menggiling kapas atau balok kapes dalam bahasa Boto, menghaluskan kapas (buslelu), pemintalan kapas (keduken), penggulingan benang (pudu kapes), pembuatan motif (bit mofak), pembuatan sarung (neket kreot), hingga tahap akhir yakni menenun atau dalam bahasa Boto dikenal dengan istilah tan tnane.

Oce yang hari itu memperingati hari lahirnya, 23 Februari 2008 mempersembahkan selendang hasil tenunnya untuk Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday.

“Sebentar saya mau beri hadiah tenun ini untuk Bapak Bupati,” ungkap remaja pengemar puisi.

Baca juga: Ikut Eksplorasi Budaya Sare Dame, Akademisi Sebut Kita Punya Modal Kebudayaan untuk Bangun Lembata

Petrus Perawin, warga Boto mengaku tertegun menyaksikan keterampilan menenun Oce. Ia telah menyaksikan bagaimana aktivitas menenun selama bertahun-tahun mulai jarang dilakukan oleh masyarakat di Boto.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved