Berita Lembata

Guru SMAN 2 Nubatukan Terima Penghargaan Nyalanesia

Koordinator Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB Nasional) tingkat SMAN Negeri 2 Nubatukan, Kabupaten Lembata meraih penghargaan Nyalanesia.

Editor: Egy Moa
TRIBUN FLORES.COM/RICKO WAWO
Kesubag Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lembata, Andreas Sakera mengangkat piala Nyalanesia dan menyerahkan kepada Albertus Muda Atun, guru koordinator GSMB Nasional, 24 Mei 2022. 

"Semoga Lembata benar-benar menjadi kabupaten literasi yang cemerlang dari ujung timur NTT,” ungkapnya.

Kepala SMAN 2, Cletus Laba Waleng, mengatakan Kemenag Lembata adalah bagian dari rumah. Sentuhan kasih dari Kemenag Lembata memungkinan kegiatan ini dapat dilaksanakan. Tali kasih ini diharapkan tetap terjalin.

Baca juga: Kedubes Jepang Survei Lokasi Pembangunan Gedung BLK di Lembata

Ia menyambut baik kegiatan dengan tema; Menumbuhkembangkan Karakter Peserta Didik agar Semakin Beriman Katolik dan Berjiwa Pancasila.

“Orang pintar cepat mendapat pekerjaan, tetapi orang baik lebih sukses dalam pekerjaan. Lingkungan menjadi jelek karena manipulasi orang pintar, memiliki karakter yang didominasi karakter negatif,” demikian Kepala Sekolah mengakhiri sambutannya.

Sementara itu, Korwas Dikmensus Kabupaten Lembata, Benyamin Beda Ruing mengatakan, meski SMA/SMK merupakan kewenangan provinsi, tetapi karena rumah pendidikan tetap berada di Lembata. Apresiasi untuk Dirjen Bimas Katolik RI melalui Kemenag Kabupaten Lembata.

“Dari sejumlah sekolah SMA/SMK/LB di kabupaten Lembata, SMAN 2 Nubatukan menjadi prioritas. 3 poin pertama yang perlu ditanam adalah: Iman, imun, amin. Tiga hal yang menghancurkan adalah amarah, angkuh dan dendam. Tiga hal paling berharga: kasih sayang, cinta dan kebaikan,” ungkap Benyamin Beda Ruing.

Baca juga: Periksa Toilet, Kebersihan dan Disiplin PNS, PR Gubernur NTT untuk Penjabat Bupati Lembata

Sementara itu, Anselmus D. Atasoge, dosen STP Reinha Larantuka yang sebulan lagi akan meraih doktoralnya membawa anak-anak untuk memahami tentang moderasi beragama di era digital.

Menurut Ansel, moderasi mesti mencakup pikiran yakni kemampuan untuk memadukan antara teks dan konteks. Dengan kata lain, berpikir dulu sebelum menulis.

Selain itu, menurutnya moderasi gerakan juga perlu agar orang bisa melaksanakan apa yang baik dan menghindari yang jahat. Sementara itu, perlu juga moderasi perbuatan yakni penguatan relasi antara umat beragama dan kebudayaan setempat.

“Jadilah orang yang beragama sekaligus beriman dan bersikap terbuka dengan siapa saja di era digital ini,” ujarnya menutup pembicaraannya. 

Berita Lembata lainnya

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved