Flores Bicara

Flores Bicara: Pater Dr. Otto Gusti Madung Ceritakan STFK Menjadi IFTK Ledalero

Pater Otto menjelaskan, IFTK ledalero adalah milik Societas Verbi Divini (SVD) namun kaum awam juga dapat diperbolehkan bekerja di sana.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
TALK SHOW - Program Flores Bicara, Edisi Jumat 24 Juni 2022, bertempat di Studionya TribunFlores.com, Kelurahan Madawat Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, hadir Ketua STFK Ledalero, Pater Dr. Otto Gusti Ndegong Madung, SVD dengan dipandu Host Egy Moa. 

Mimpi Untuk 2 Prodi 

Pater Otto membenarkan pernyataan bahwa kedepannya akan ada penambahan Prodi yang baru di IFTK Ledalero.

"Sementara kita sedang melakukan riset untuk itu. Dan kedepannya, pasti ada penambahan namun untuk sekarang saya belum dapat sampaikan," kata Pater Otto.

Untuk perjalanan Prodi Kewirausahaan dan DKV kedepan, Pater Otto bersama staf lainnya mengharapkan, kiranya anak-anak muda di NTT dapat dipersiapkan untuk dapat bersaing di bursa kerja.

"Kita tahu NTT dari segi pendidikan adalah daerah yang terbelakang. Dan kita sering mengirim TK ke luar daerah maupun mancanegara, karena mereka tidak dipersiapkan dan cukup banyak yang menjadi korban human trafficking. Saya kira penyebabnya adalah tenaga kerja kita belum disiapkan secara baik," ujarnya.

Baca juga: Jokowi Dikabarkan akan Berkunjung ke Ukraina dan Rusia Akhir Juni 2022

Maka, lanjutnya, dengan 2 prodi baru ini, kami SVD dan juga IFTK bisa berkontribusi menyiapkan anak muda di NTT agar bisa bekerja di mana saja dan bisa bersaing di bursa pasar.

Adapun alasan kenapa STFK Ledalero banyak menghasilkan mahasiswa yang berkualitas dan banyak berkarya di dalam negeri dan luar negeri namun tak menjamin peningkatan kualitas tenaga kerja di NTT, menurut pater Otto, hal itu disebabkan oleh terbatasnya akses pendidikan yang hanya diberikan pada segelintir orang dan tak mencakup publik.

"Misalnya di STFK itu mahasiswanyakan kebanyakan dari seminari yang hanya untuk laki-laki. Dan di NTT hanya berapa seminari saja. Sehingga dengan adanya IFTK ini dapat mencakup seluruh masyarakat soal pendidikan," tutupnya.

Data 6 Tahun Terakhir Jumlah Mahasiswa dan Dosen Filsafat STFK Ledalero dan Peluang Dapat Pekerjaan

Jumlah mahasiswa filsafat STFK ledalero dalam 6 tahun terakhir demikian, tahun 2017 ada 213 orang yang menjadi mahasiswa filsafat. Tahun 2018 meningkat menjadi 216 orang. Tahun 2019 terdapat 211 orang. Tahun 2020 meningkat menjadi 225 orang. Tahun 2021 meningkat jadi 241 orang. 2022 sudah ada 210 orang yang melamar dan masih ada gelombang kedua.

Dalam waktu dekat, Kata Pater Otto STFK Ledalero juga akan memiliki 25 hingga 26 dosen bergelar Doktor. Sebab, saat ini beberapa dosen telah dikirim untuk mengambil S3 di luar negeri maupun luar negeri.

Tekait ketersediaan staf pengajar di STFK Ledalero pater Otto katakan, untuk Prodi Filsafat itu cukup namun untuk Prodi teologi agak berkurang karena beberapa dosen lainnya sakit dan karena alasan lainnya.

Pater Otto juga mengungkapkan adanya grafik peningkatan minat anak muda kuliah dalam bidang filsafat.

"Jadi kita lihat trennya naik yah, itu bisa dijelaskan karena ada cukup banyak biara di Maumere, sekitar Ledalero dan mereka mengirimkan calon-calonnya, selain itu juga minat kaum awam juga meningkat dalam 6 tahun terakhir," terangnya.

Pengalaman menjadi pemimpin di STFK Ledalero terutama pada masa peralihan menjadi IFTK Ledalero, pater Otto mengaku tak kesulitan dan merasa bahagia. Sebab, ada banyak tim dibelakangnya yang begitu baik bekerja dalam lembaga pendidikan tersebut.

"Saya rasa tidak sulit karena dibelakang saya ada orang-orang hebat yang membantu saya. Jadi saya enjoy-enjoy saja," pungkasnya.

Pater Otto bersama yang lainnya berharap, nama Ledalero itu berpengaruh juga untuk 2 prodi di IFTK Ledalero.

Baca juga: Siswa SMAN 1 Poco Ranaka, Manggarai Timur Jadi Duta GenRe Putra Provinsi NTT

"Karena harus diakui mata kuliah filsafat kedepan agak sulit dalam mendapatkan pekerjaan karena, setiap lenbaga bisnis atau perusahaan, mereka mau mendapatkan orang yang bekerja dan pernah berkuliah pada bidang itu," ungkapnya.

Sekilas catatan historis, STFK Ledalero yang merupakan institusi asal dari IFTK Ledalero mendapat pengakuan dari pemerintah Republik Indonesia lewat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1969. Namun sesungguhnya umur STFK Ledalero sudah lebih tua dari itu, sebab kegiatan belajar mengajar filsafat dan teologi sudah berlangsung di Mataloko (Flores Barat) sejak tahun 1932 dan kemudian berpindah ke Ledalero pada tahun 1937.

Dalam sejarahnya yang panjang STFK Ledalero sudah menghasilkan 6324 alumni dengan perincian 21 orang uskup, 1962 imam dan 4383 (69,3 persen) awam. 500-an lebih di antaranya sedang bekerja sebagai misionaris di mancanegara. Mahasiwa yang kuliah di STFK Ledalero sekarang berjumlah pada 1315 orang.

Mereka semua terbagi ke dalam 15 Konvik (biara) dan satu peguyuban mahasiswa awam. Sebagian besar dari para mahasiswa tersebut adalah calon pastor atau calon romo.

Keterlibatan Kaum Awam dalam Lingkup IFTK Ledalero

Pater Otto membenarkan, keterlibatan kaum awam kedepannya dalam IFTK Ledalero sangat dibutuhkan dan pasti punya peranan yang penting.

"Untuk saat ini dalam memenuhi kuota staf pengajar kita sudah kirimkan 3 orang untuk studi lanjut ada juga 2 orang dari SVD yang kita kirimkan untuk studi di Filipina," ujarnya.

Pater Otto menjelaskan, IFTK ledalero adalah milik Societas Verbi Divini (SVD) namun kaum awam juga dapat diperbolehkan bekerja di sana.

"Dan mereka punya peluang yang setara dengan dosen-dosen imam untuk studi lanjut dan juga untuk memegang peran atau posisi-posisi penting nantinya," demikian kata Pater Otto.

Memperjuangkan Keadilan 

Dalam hal Advokasi, STFK Ledalero selama ini dikenal banyak melakukan upaya-upaya pemberdayaan maupun memperjuangkan kaum minoritas atau masyarakat yang ditindas.

Dalam hal ini, menurut Pater Otto, hingga nanti STFK Ledalero menjadi IFTK Ledalero pihaknya akan tetap melakukan riset, dan memperjuangkan keadilan di tengah masyarakat.

"Perguruan tinggi itukan melakukan 3 misi yakni, melakukan pendidikan, melakukan riset, pengabdian kepada masyarakat dan apa yang kami lakukan selama ini, itu bagian sentral dari tugas pengabdian kepada masyarakat," ungkapnya.

Satu hal penting yang disampaikannya adalah, kampus itu tidak boleh dibangun seperti menara gading tapi harus dipakai untuk mencerdaskan masyarakat luas.

"Dan saya kira misi ini akan tetap dijalankan," tegasnya.

"Jadi sekali lagi kami tetap terlibat dalam advokasi, memgkritisi kebijakan publik demi tercapainya keadilan di tengah masyarakat," kata Pater Otto. (Cr1).

Berita Flores Bicara lainnya

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved