Berita Flores Timur

Kisah Ibu Rumah Tangga Belasan Tahun Jual Buah Segar di Jalan Trans Flores

Sejumlah ibu rumah tangga tampak sibuk menjajakan buah-buahan segar di gubuk sederhana pinggir Jalan Trans Pulau Flores

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/PAULUS KABELEN
Ibu rumah tangga jual buah-buahan di pinggir Jalan Trans Flores Timur, Provinsi NTT, Senin 14 Agustus 2023.   

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Sejumlah ibu rumah tangga tampak sibuk menjajakan buah-buahan segar di gubuk sederhana pinggir Jalan Trans Pulau Flores Larantuka-Maumere, Senin 14 Agustus 2023.

Mereka biasanya diantar suami dan tukang ojek untuk berjualan jeruk, salak, advokat, pisang, nanas, sawo, dan masih banyak jenis buah segar di Lapak Tobo Laran.

Udara di Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur yang terkenal dingin tak menyurutkan semangat, Anastasya Peni Puka (53), begitu pula belasan penjual lainnya.

Raut wajah mereka bercahaya ketika jualannya disambangi pembeli. Kebanyakan pembeli adalah pelaku perjalanan dari Kota Larantuka ke Maumere, begitu pun sebaliknya.

Baca juga: Potret Pedagang Kaki Lima: Mama Martha Jara, Penjual Jagung Bakar di Jalan El Tari Kupang

 

 


"Satu kumpul dari Rp 10 ribu sampai Rp 25 ribu. Kami jual dari pukul 06.30 Wita sampai 18.00 Wita," katanya.

Anastasya mengatakan, lapak jualan berukuran 9x2 meter itu dibangun dari hasil swadaya mereka yang sudah tergabung dalam kelompok 'Tobo Laran'.

"Tobo Laran itu bahasa daerah yang artinya duduk di pinggir jalan sambil mencari rejeki (jualan)," katanya kepada wartawan, Senin 14 Agustus 2023.

Di bawah rerindang pohon kopi dan pohon bayam milik PT Rerolara, sebuah perusahan perkebunan milik keuskupan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Anastasya berharap buah-buahan yang dijual ludes terjual.

Menurutnya, Desa Hokeng Jaya dan Klatanlo boleh dibilang wilayah potensi buah-buahan segar, lantaran tanahnya terkenal subur.

"Banyak penjual kita yang pergi ke Pasar Larantuka, ada kalanya pengusaha langsung datang beli di kebun petani," ungkapnya.

Elisabeth Namang, rekan Anastasya menuturkan, lapak jualan lebih dikenal dengan nama Rumah Kalwat. Ada 19 ibu rumah tangga yang bertaruh rejeki di pinggir jalan trans Pulau Flores itu.

Karena jumlahnya belasan, mereka lalu bersepakat menyisihkan sedikit hasil keuntungan untuk membangun lapak kecil.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved