Kasus Rabies di NTT

1 Warga di TTS Meninggal Diduga Akibat Rabies, Dokter Asep Purnama: Tanggungjawab Bersama

Korban meninggal akibat rabies di kabupaten Timor Tengah Selatan bertambah. Dengan demikian Korban meninggal akibat Gigitan Hewan Penular Rabies 7.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GORDI DONOFAN
ILUSTRASI ANJING - Ilustrasi Dua ekor anjing.Korban meninggal akibat rabies di kabupaten Timor Tengah Selatan bertambah satu orang. Dengan demikian Korban meninggal akibat Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) bertambah menjadi 7 orang. 

Hal tersebut setelah Weci Nakluy (41), warga Dusun 3, RT 16, RW 07, Desa Oeleu, Kecamatan Kolbano menjadi korban akibat digigit secara brutal oleh anjing liar.

Juru bicara Satgas penanganan virus rabies kabupaten Timor Tengah Selatan, Octas B. Tallo, ST, MT membenarkan hl itu, saat dikonfirmasi Pos Kupang, Sabtu, 7 Oktober 2023.

"Berdasarkan Laporan dari Petugas Surveilans Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) Puskesmas Sei pada tanggal 6 Oktober 2023 pukul 14.43 Wita melalui pesan Whatsapp bahwa telah terjadi kematian pada tanggal 6 Oktober 2023 yang diduga akibat GHPR di Desa Oeleu Kecamatan Kolbano wilayah kerja Puskesmas Sei," ungkapnya.

Setelah Memperoleh informasi tersebut ungkap pria yang akrab disapa Adi ini Pihak Dinas Kesehatan melakukan koordinasi ke Petugas Puskesmas Sei untuk melakukan Investigasi awal dan pengambilan data sementara.

Hasil investigasi yang dilakukan Petugas Puskesmas didapatkan kronologis sebagai berikut.

Pertama, Weci merupakan korban gigitan anjing pada hari Selasa tanggal 19 September 2023, sekitar pukul 14.00 wita.

"Saat itu Korban sedang berada di jalan raya karena ingin melihat anjing liar yang dikejar oleh masyarakat yang hendak membunuh anjing tersebut," kisah Adi.

Tiba-tiba tambahnya, anjing tersebut berbalik arah lalu mengejar korban. Kemudian korban terjatuh dan anjing tersebut menggigit korban secara brutal di daerah wajah (dahi sebelah kiri) dan menyebabkan luka sayatan yang cukup dalam.

Kedua, Korban kemudian dibawa ke Puskesmas Sei untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga Kesehatan berupa cuci luka menggunakan sabun selama 25 menit, perawatan luka dan pemberian VAR Ho dosis 1, 2.

Ketiga, Pada tanggal 26 September 2023 korban kembali ke puskesmas dan diberikan VAR dosis 3 dan keadaan luka sudah membaik.

Keempat, Pada tanggal 3 Oktober 2023 siang, pasien mengatakan demam, badan lemas dan gelisah. pada saat malam hari pasien sudah tidak bisa minum air karena takut dengan air dan tidak mau makan

Kelima, Pada tanggal 4 Oktober petugas berkunjung ke rumah pasien. Pasien mengatakan demam, gelisah, sesak napas, tidak bisa minum air dan tidak bisa makan karena takut dengan air dan makanan.

Pasien dikatakan terlihat gelisah, kesulitan bernapas, takut dan gelisah saat diberikan air dan makanan.

"Kemudian petugas melakukan komunikasi dengan keluarga dan pasien untuk segera di bawa ke RSUD Soe namun keluarga korban menolak untuk dirujuk," tutur Adi.

Keenam, Pada tanggal 5 Oktober 2023 pukul 14.00 Wita, petugas berkunjung ke rumah pasien. Keluarga mengatakan pasien mulai takut cahaya dan pasien mengeluarkan banyak air liur dari mulut, tidak mau makan dan minum.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved