Lumbung Padi Mbay

Tak Punya Benih dan Biaya Mengolah Lahan, Petani Sawah Mbay Hadapi Musim Tanam 2024

Akan dibuka kembali saluran air dari Bendung Sutami Mbay disambut sukacita oleh para petani sawah dengan beragam persoalan dalam musim tanam 2024.

Penulis: Egy Moa | Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM/EGINIUS MO'A
Rehabilitasi saluran primer yang letaknya tak jauh dari lokasi Bendung Sutami di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, Rabu 20 Desember 2023. 

TRIBUNFLORES.COM, MBAY-Rencana pemerintah Kabupaten Nagekeo membuka saluran air pasca rehabilitasi Bendung Sutami  ke persawahan Mbay mendatangkan sukacita kepada para petani.

Dibalik sukacita sebenarnya para petani dihantui kecemasan, karena  tidak punya benih padi maupun uang mengolah lahan. Mereka belum tahu apakah pemerintah akan menyediakan bibit padi atau petani mengupayakan sendiri.

Keluhan itu disampaikan Ozias Ou, dan Yohanes Lewa warga Dusun 1  Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa kepada Pos-Kupang.com, dan TribunFlores.com, Rabu siang 20 Desember 2023 di Aeramo.

Bila semua pekerjaan mulai pembersihan lahan hingga panen dikalkulasi dengan biaya tenaga kerja dan sewa alat, maka setiap Ha menghabiskan anggaran sekitar Rp 10 juta.

Baca juga: Harga Beras Mbay Mahal, Rp 16 Ribu Perkilogram dan Rp 800 Ribu Perkarung 50 Kilogram

 

 

“Benih padi, kami tidak punya lagi, Mudah-mudahan pemerintah akan beri bantuan,” kata Ozias di rumahnya di Aeramo.

Ozias mengatakan, biaya yang dikeluarkan itu meliputi bajak sawah, pembuatan pematang, sewa tenaga kerja, beli pupuk, obat-obatan sampai panen. Ozias punya sawah setengah Ha dikalkulasinya butuh anggaran Rp 5 juta.

Biaya tersebut diakui Ozias membuatnya pusing kepala. Saat ini, tidak punya cadangan padi disimpan di rumahnya untuk digiling  menjual beras ke pasar. Semua padi sudah digiling untuk makan dan sebagian sudah dijual penuhi kebutuhan lain.

Setelah musim tanam pertama 2023, petanu tidak mengerjakan sawah, karena saluran irigasi ditutup untuk direhabilitasi.

Baca juga: Ironi Petani di Lumbung Padi Mbay Tak Ada Persediaan Padi untuk Makan

Bahkan saat ini, diakuinya, untuk beli beras dan kebutuhan lain jelang akhir tahun 2023 dan sekittar empat sampai lima bulan pada semester pertama 2024, petani harus putar otak mencaru alternatih agar beras selalu tersedia di rumah.

“Nasib saya dan kebanyakan petani sama saja akibat penutupan saluran irisan selama enam bulan lebih. Padi sudah habis digiling utuk dijual dan sisanya untuk makan,” kata Ozias.

Keadaan ini, diakui Ozias selalu membebani pikirannya setiap waktu. Pemerintah merencanakan membuka air pada bulan Januari 2024. Ketika air dilepas ke saluran, semua petani harus terpacu kerja cepat, karena semua penanaman harus serentak.

Tak ada pilihan lain bagi Ozias, kemungkinan dia pinjam uang kepada orang lain atau kredit ke koperasi. Apapun masalahnya, sawah harus diolah.

Baca juga: Jokowi Tinjau Pembangunan Bendungan Mbay di Nagekeo, Presiden Sebut Kedaulatan Pangan

Beban pikiran serupa juga dialami Yohanes Lewa. Punya dua Ha sawah, Yohanes memikirkan uang yang harus dipunyai untuk mengolah lahan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved