Gunung Lewotobi Erupsi

Lolongan Anjing Mencari Tuan di Desa Nurabelen Ditinggal Warga ke Pengungsian

Desa-desa terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur sepi ditinggal warganya yang pergi mengungsi ke lokasi nyaman.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Gunung Lewotobi tampak dari Desa Nurabelen, Kecamatan Ile Bura, Kamis, 11 Januari 2024. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Jalanan desa masih tampak debu vulkanik tak setebal sebelumya. Perkampungan warga Desa Nurabelen, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur sunyi, nyaris tak terdengar suara manusia, hanya gemuruh Gunung Lewotobi Laki-Laki.

Begitulah suasana di Desa Nurabelen, Kamis 11 Januari 2023 sekitar puku 18.30 Wita yang ditinggal pergi ratusan jiwa pasca erupsi dan lontaran pijaran api tanggal 9 Januari 2024.

Pada malam hari, gunung api ini tampak berwarna merah akibat muntahan lava pijar yang meleleh dari puncak gunung dan mengarah ke pemukiman Nurabelen.

Teror lava pijar dengan gemuruh seperti runtuhan meterial batu besar itu terdengar mencekam. Warga setempat sudah mengungsi ke Desa Riangrita dengan jarak sekitar 5 Km dari Nurabelen.

Baca juga: Gunung Lewotobi Erupsi, 481 Warga Flores Timur Mengungsi ke Sikka

 

 

Kawanan anjing melolong sepanjang malam, mencari keberadaan sang tuan yang belum kembali. Suaranya seperti sedang meratap keadaan kampung yang sunyi bak tanpa penghuni itu.

Desa Nurabelen dekat dengan Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan. Percikan api terlihat jelas dari desa ini, begitu pula dari Desa Riangrita dan Nobo.

Aloysius Hoko (48), dan Yosep Puka (53), bersama ratusan warga Nurabelen masih diteror erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang saat ini berstatus Level IV (Awas).

Keduanya duduk di pengungsian eks Kantor Desa Riangrita, Kamis, 11 Januari 2024 pukul 19.30 Wita. Mereka tidur beralaskan tikar bantuan pihak ketiga dan pemerintah.

Baca juga: Ruang Baca Lembata Himpun Donasi Rp 16,6 Juta untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi

Selain di tempat itu, masih ada dua lokasi lain, yaitu ruang kelas SDK Riangrita dan Kantor Desa Riangrita. Gurat wajah mereka tampak gusar karena terus mendengar gemuruh gunung dan melihat lava pijar dengan mata telanjang.

"Gemuruh yang ada getaran macam gempa. Kami lihat gunung sudah warna merah, langsung lari tergesa-gesa," katanya kepada wartawan.

Di lokasi pengungsian Desa Riangrita, tersedia satu dapur umum yang dikelola langsung oleh ratusan pengungsi. Kebutuhan logistik sejauh ini masih cukup.

Perangkat Desa Riangrita, Antonius Litong, mengatakan bantuan dari  pemerintah dan uluran tangan pihak ketiga akan disimpan di tempat berbeda agar lebih mudah didata.

Baca juga: Pengungsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Desa Riangrita Mulai Sakit-sakit, 6 Nakes Siaga Layani Warga

"Pisahkan supaya tidak terjadi penumpukan logistik, sekaligus mudah didata untuk kita distribusikan ke pengungsi," ujarnya.

Wilayah Riangrita cukup jelas melihat aktivitas Gunung Lewotobi baik siang maupun malam hari. Terkadang, tiupan angin membawa abu belerang melanda ke wilayah itu, termasuk wilayah Lewotobi, Lewoawan hingga ke Pulau Solor. *

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved