Kasus DBD di Kota Kupang

Dinkes Sebut Kasus DBD di Kota Kupang Turun, Singgung Teknologi Nyamuk Wolbachia

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang mengklaim kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kota Kupang turun.

Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
POS-KUPANG.COM/HO-DINKES KOTA KUPANG
LAUNCHING - Launching penyebaran nyamuk Wolbachia di Kota Kupang oleh Kemenkes RI beberapa waktu lalu.Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang mengklaim kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kota Kupang turun. Hingga akhir Januari 2024, Dinkes mencatat hanya ada 15 kasus DBD. Dibanding tahun sebelumnya dengan total 46 kasus. Sehingga, penurunan itu menjadi signifikan. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

TRIBUNFLORES,COM, KUPANG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang mengklaim kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kota Kupang turun.

Hingga akhir Januari 2024, Dinkes mencatat hanya ada 15 kasus DBD. Dibanding tahun sebelumnya dengan total 46 kasus. Sehingga, penurunan itu menjadi signifikan.

Biasanya Kecamatan Oebobo menjadi paling banyak muncul kasus DBD. Namun, oleh Dinkes Kota Kupang menyebut pengamatan yang dilakukan di wilayah itu justru DBD tidak turu.

Kepala Dinkes Kota Kupang drg. Retnowati, Senin (5/2/2024) mengatakan, penurunan kasus DBD ini juga dipengaruhi oleh penerapan teknologi nyamuk Wolbachia, terkhusus di kecamatan Oebobo.

Baca juga: Berantas DBD, Program Nyamuk Wolbachia di Kota Kupang Tetap Dijalankan

 

Ia menyebut, 66 persen kasus DBD di Kota Kupang turun. Bahkan pasien hingga pada tahap rawat inap pun menurun. Hanya sebagian kecil saja yang ditangani.

Retnowati berujar, tahun 2024 ini, teknologi nyamuk wolbachia akan diterapkan lagi di dua kecamatan yakni Maulafa dan Kelapa Lima.

"Sementara berproses. Dua Kelurahan ini kita ambil karena memang memiliki jumlah kasus DBD yang cukup tinggi," kata dia.

Ia berpendapat, penerapan nyamuk wolbachia ini akan terus dievaluasi, agar mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

"Upaya-upaya seperti fogging dan penaburan larvasida, akan terus dilakukan, namun tentunya sesuai dengan kebutuhan, " kata dia menambahkan.

Baca juga: Wisata NTT, Menikmati Destinasi Wisata Baru Hutan Mangrove Atapupu di Belu NTT

Dia mengatakan, biasanya setiap tahun Dinkes melakukan upaya fogging hingga 75 kali. Namun, langkah itu kini mulai berangsur menurun. Sejauh ini baru tiga wilayah yang dilakukan fogging untuk pencegahan DBD.

Dinkes, kata dia, mengimbau masyarakat agar tetap melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk dari sisi lingkungan, kegiatan 3M Plus.

3M Plus yang dimaksud adalah menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air dan mengubur barang bekas harus tetap dilakukan serta menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air.

Selain itu, setiap di rumah sebaiknya memiliki juru pemantau jentik. Tujuannya agar mencermati pengembangbiakan telur nyamuk karena ada genangan atau tampungan air. (fan)

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved