BLK Karitas Peduli Lembata
Suster SSpS Temukan Cinta untuk Masyarakat Lembata di Bukit Batu
Dibantu oleh Yayasan Dana Kemanusiaan Harian Kompas saat ini sedang dibangun Balai Latihan Kerja Karitas Peduli Lembata oleh Konggregasi SSpS.
Penulis: Ricko Wawo | Editor: Egy Moa
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM,Ricko Wawo.
TRIBUNFLORES.COM,LEWOLEBA-Suster Margaretha Ada, SSpS, berjalan tertatih dengan bantuan tongkat. Kakinya patah karena kecelakaan tahun lalu.Tetapi semangatnya untuk bekerja tidak pernah padam. Kini seluruh hidupnya dia baktikan untuk memajukan masyarakat Lembata melalui Balai Latihan Kerja (BLK) Karitas Peduli.
“Masih ada pen di dalam kaki ini, tapi sudah mau operasi buka pennya September nanti,” ungkap Suster Margaretha saat berbincang dengan Tribun Flores, Senin, 4 Maret 2024.
Kakinya patah saat melewati jalan tanjakan terjal dan berbatu menuju ke BLK yang berada di atas bukit Desa Pada, Kecamatan Nubatukan. Saat itu, jalan tersebut belum disemen bagus seperti sekarang.
“Jalan itu kita minta pemerintah daerah yang bangun karena kita bekerja untuk anak-anak Lembata,” ungkapnya.
Tribun Flores berbincang dengannya di depan teras gedung utama BLK yang menghadap ke arah Teluk Lewoleba. Pemandangan Gunung Ile Boleng Adonara dan Gunung Ile Ape.
Baca juga: Partai Demokrat Tempatkan Empat Wakil di DPRD Lembata, Tahun 2019 Tiga Orang
Di sebelah barat gedung utama, para tukang sementara mendirikan gedung pelatihan keterampilan yang dibiayai penuh oleh Yayasan Dana Kemanusiaan Harian Kompas. Di sebelah selatan, berdiri kokoh gedung bercat biru yang kini dipakai sebagai biara dan tempat tinggal para suster yang mengabdi di BLK tersebut.
Sepuluh tahun lalu, bukit berbatu di Desa Pada hanya lahan kering, tempat warga biasa menambatkan ternak. Siapa sangka, sentuhan tangan para biarawati tarekat SSpS menyulap tempat tersebut menjadi BLK Karitas Peduli, tempat warga Lembata menaruhkan harapan untuk masa depan mereka.
“Ini semua berkat campur tangan Tuhan. Tidak mungkin semuanya bisa terjadi tanpa bantuan dari yang di Atas,” ungkap biarawati berusia 55 tahun ini.
Suster Margaretha pulang dari Amerika pada 2018 dan langsung diberi tugas mengurus sebuah yayasan yang berbasis di Kota Larantuka, Flores Timur. Yayasan Gunthild Karitas Peduli berdiri pada 30 Oktober 2020.
Baca juga: Lapas Lembata Panen Jagung Karya Warga Binaan
Sulit mendapatkan tanah dengan harga terjangkau di Larantuka. Para suster kemudian berpikir untuk melangkahkan kaki ke pulau seberang, Lembata.
Di Negeri Sembur Paus itu, lembaga adat dan pemerintah Desa Pada menghibahkan dua hektar tanah untuk SSpS sebagai hadiah satu abad kongregasi yang didirikan oleh Santo Arnoldus Yansen itu berkarya di Indonesia. Penyerahan sertifikat tanah itu berlangsung pada 17 Januari 2017 di Kewapante, Kabupaten Sikka.
“Saat itu belum terpikirkan sama sekali akan bangun BLK,” kenang suster asal dari Wolowae, sebuah kampung di perbatasan Ende dan Nagekeo itu.
Para suster lantas tinggal di sebuah rumah tua di Desa Pada dan mulai berbaur dengan warga (live in). Selama lima bulan mereka melakukan survei kebutuhan masyarakat Desa Pada. Gagasan untuk mendirikan BLK tercetus dalam benak Suster Margaretha.
Baca juga: Pemkab Lembata Sigap Hadapi Peningkatan Status Ile Lewotolok
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.