Kasus Kematian Bayi

RSUD Larantuka Jelaskan Kematian Ibu-Bayi Dinilai Sembunyikan Hal

Manajemen RSUD dr.Hendrik Fernadez Flores Timur menggelar jumpa pers menjelaskan kematian ibu melahirkan yang menimbulkan polemik di masyarakat.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Manajemen RSUD dr.Hendrik Fernandez Larantuka mejelaskan kasus kematian ibu dan bayi, Selasa, 23 April 2024. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Kematian Novita Diliana Uba Soge dan bayinya di RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka, Kabupaten Flores Timur masih menjadi perbincangan.

Penjelasan RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka saat konferensi pers, Selasa, 23 April 2024, Novita merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Lambunga dengan diagnosa medis G2P1A0 (kehamilan kedua, persalinan satu kali, tidak ada abortus).

Di ruangan bersalin (VK), pasien mendapatkan penanganan dan diberikan obat pematangan servix karena belum ada pembukaan jalan lahir.

"Setelah diberikan obat ini, terjadi kematangan servix maka pada 16 Maret 2024 jam 11.15 Wita diberikan induksi persalinan berupa drip oxitosin," kata Plt. Direktur RSDU dr Hendrikus Fernandez Larantuka, Gergorius Bato Koten.

Baca juga: Mahasiswa Fisip Unwira Kupang Sosialisasi Kesehatan Reproduksi di Lamabelawa Flores Timur

 

Dia mengatakan, pukul 18.30 Wita terjadi pembukaan jalan lahir lengkap (10 cm),  namun kepala bayi tidak turun ke dasar panggul maka dilakukan persalinan dengan tindakan ekstrasi vakum.

Naasnya, Novita mengalami pendarahan yang hebat hingga menghembuskan napas terakir.

"Setelah persalinan, secara spontan terjadi pendarahan hebat pada ibu sehingga menimbulkan insiden ini," tuturnya.

Kata Gergorius, manajemen rumah sakit melakukan investigasi internal oleh tim Insiden Keselamatan Pasien dan hasilnya diberikan kepada Komiti Mutu, kemudian Komite Mutu membentuk tim Pencari Akar Masalah (Root Cause Analisis).

Baca juga: Nostalgia Agus Boli Daftar Bakal Calon Bupati di Markas PDIP Flores Timur

Selain itu, pihaknya juga berkoordinasi dengan Tim Audit Maternal Perinatal Surveilance Respon (AMP SR) di Dinas Kesehatan Flores Timur.

Bersarkan itu, kata Gergorius, kesimpulan audit maternal bahwa penyebab kematian adalah pendarahan pasca persalinan. Dan dari hasil tersebut telah direkomendasikan kepada manajemen RSUD Larantuka untuk melakukan perbaikan mutu pelayanan.

"Perlu kami sampaikan bahwa ini tidak sedikitpun bermaksud sebagai upaya pembelaan dan pembenaran terhadap insiden ini. Tetapi sebagai wujud tanggungjawab kami kepada keluarga dan masyarakat," tuturnya.

Suara GMNI Flotim 

Penjelasan manajemen RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka soal kematian ibu dan bayi itu mendapat respon dari GMNI Flores Timur, organisasi mahasiswa yang selalu bersuara lewat aksi demonstrasi.

Baca juga: Nostalgia Agus Boli Daftar Bakal Calon Bupati di Markas PDIP Flores Timur

Sekretaris GMNI Flores Timur, Fransiskus Pati Soge, menilai masih ada hal yang tidak dibuka dalam hasil audit maternal tersebut.

"Ada hal yang disembunyikan dan tidak dibuka ke publik mengenai hasil AMP SR melaui sepengal keterangan yang disampaikan dalam press rilis itu," katanya, Rabu, 24 April 2024.

Salah satu hal itu, jelas Fransiskus, adalah kematian anak dari Novita yang tak diuraikan padahal perlu diketahui publik.

"Anaknya tidak diuraikan. Sedangkan dari hasil advokasi, kami menemukan bahwa hasil USG tanggal 10 Maret 2024 di RSUD Larantuka, dokter menyampaikan kondisi bayi dalam keadaan normal," katanya.

Baca juga: Pilkada Flores Timur 2024 Jumlah TPS Berkurang, Tak Seperti Pemilu Serentak

Ketua DPC GMNI Flores Timur, Yulius Ninu Badin, mengatakan penjelasan singkat oleh RSUD Larantuka tak menjawab akar masalah.

Yulius mempertanyakan pertimbangan dokter yang bertugas sehingga melakukan tindakan partus normal, bukan secara operasi caesar.

Selain itu, demikian Yulius, hasil audit juga tidak menjelaskan tahapan penanganan medis yang dilakukan sehingga terjadi pendarahan, juga suami korban yang diminta menandatangani dokumen yang isisnya meninggal karena gagal jantung.

"Kami menilai bahwa ada kejangalan di sini. karena secara tidak langsung, pihak medis yang bertugas saat itu mencoba menyembunyikan penyebab kematian dan menutpinya dengan meminta pihak keluarga melalui suami korban untuk menandatangani dokumen tersebut, pungkasnya. *

Berita TRIBUNFLORES.COM lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved