Berita Sikka
Semangat Belajar Anak Pulau Terpencil di NTT di Bawah Terang Lampu Surya
Orangtua Hilarius, Marianus Pajo (44) dan Maria Margareta Nona (44) mewajibkan anak-anak untuk belajar setiap malam.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
“Dulu tidak nyaman karena pakai pelita. Bangun pagi lubang hidung sudah hitam semua,” kenang Hilarius.
Bagi keluarga yang hidup berkecukupan, penerangan di malam hari terbantu dengan generator. Kendati begitu, biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan bakar tidaklah murah. Tidak heran lampu pelita masih menjadi andalan di kala itu.
Kini, kampung tak lagi gelap gulita. Di sudut-sudut kampung berdiri tegak tiang listrik. Malam hari sudah terlihat terang karena di depan teras rumah sudah ada lampu listrik.
“Kami harus semangat belajar. Cukup dulu saja kami sengsara, sekarang tidak lagi susah. Listrik sudah menyala, tidak bising dan kami senang,” ujar Hilarius.
Pengalaman serupa dialami Nesa Tia (16), seorang pelajar yang mengenyam pendidikan di SMAK St. Benediktus Palue.
Mulanya, keluarga Nesa memiliki generator untuk penerangan di rumah. Tapi itu tidak dipakai lagi setelah listrik PLTS masuk ke kampungnya.
Nesa membandingkan bahwa, kalau dulu harus mengeluarkan tenaga untuk menyalakan generator, tapi sekarang cukup dengan menekan stop kontak, lampu pun menyala.
“Belum lagi genset bunyi ribut sekali. Terus terang dulunya juga hanya pakai lampu pelita atau lilin kalau tidak punya solar atau bensin untuk menyalakan genset,"ujarnya.
Penerangan dengan listrik negara membawa harapan baru bagi Nesa. Dia semakin bersemangat untuk belajar.
Ketika ada tugas kelompok dari sekolah, ia dan teman-temannya bergiliran belajar dari satu rumah ke rumah yang lain.
Mereka asyik berdiskusi sembari menyelesaikan tugas sekolah.
Ia mengaku motivasi belajar sangat tinggi hingga pernah meraih juara di akhir semester.
“Saya pernah meraih juara 2 di sekolah beberapa waktu lalu,”ujarnya.
Ia pun berharap agar listrik terus menyala sehingga anak-anak di pulau terpencil bisa menikmati terang seperti anak-anak di daerah lainnya di Indonesia.
Sementara itu warga Palue, Sebastianus (39) mengaku warga disana tak lagi susah seperti dulu mencari listrik mengisi arus baterai handphone dan menonton televisi.
Berkat PLTS dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) rumah Sebastianus tak gelap lagi. Sudah hampir tiga tahun terakhir ini, warga sudah menikmati listrik PLTS.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.