Gunung Lewotobi Meletus
Tanaman di Kaki Gunung Lewotobi Mulai Bertunas dan Hijau Setelah Sebulan Kering Kerontang
Tiga wilayah terdampak paling parah di Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, NTT ini terpaut jarak sekira 4 kilometer dari pusat erupsi.
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Gordy Donovan
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Pelbagai tanaman di lereng Gunung Lewotobi Laki-laki perlahan memunculkan tunasnya setelah satu bulan kering kerontang akibat terpapar erupsi.
Letusan dahsyat seperti kiamat kecil terjadi pada Minggu, 3 November 2024 tengah malam yang lalu.
TRIBUNFLORES.COM melihat tanda-tanda kehidupan ini di Desa Klatanlo, Hokeng Jaya, dan Nawokote, Senin, 9 Desember 2024.
Tiga wilayah terdampak paling parah di Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, NTT ini terpaut jarak sekira 4 kilometer dari pusat erupsi.
Baca juga: Meski Dipulangkan, Ibu Hamil Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Flotim Takut dan Khawatir
Tunas hijau tumbuh subur menggantikan dedaunan yang gugur. Rintik hujan membasuh permukukiman. Warga membersihkan rumah yang luluhlantak. Kampung itu dimulai dengan aktivitas manusia yang terus berdatangan dari tempat pengungsian.
Meski mereka akan direlokasi Pemerintah ke tempat lain, namun para warga nantinya tetap dibolehkan menjalankan rutunitasnya sebagai petani, termasuk menengok rumah.
Perkebunan di Desa Hokeng Jaya ditumbuhi komoditi kekao, kelapa, kemiri, dan mete yang masih hangus terbakar abu vulkanik. Warga optimis bahwa suatu saat akan tumbuh subur hingga menghasilkan buah yang lebih melimpah.
"Bencana tidak saja mendatangkan petaka, tapi ada berkah menyuburkan tanah. Hasil yang telah kami tanam akan menghasilkan buah yang lebih baik lagi," ujar Yoseph Moti Namang, warga Hokeng Jaya.
Yoseph membersihkan rumah serta kubur ibunya, Maria Hadung Beribe. Atap rumahnya sudah berkarat dan bolong. Selain Yoseph, di sana terdapat tetangga dan sejumlah orang yang sedang mengeruk tumpukan pasir dari dalam rumah. Mereka datang dari Poko Desa Bokang Wolomatang, Kecamatan Titehena.
Mereka sempat pergi ke kebun untuk melihat tanaman kakao dan kelapa. Banyak buah yang mereka panen, terutama kelapa guna dijadikan kopra. Yoseph mengaku senang dengan tunas kakao, menandakan bahwa semua sumber ekonomi tak mati total.
"Kakao sudah mulai tunas. Tempo hari kering, kami pikir sudah mati. Semoga menjadi tanda alam yang baik," katanya.
Aktivitas Menurun
Sementara itu, Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, melaporkan adanya penurunan aktivitas erupsi, meski statusnya kini masih Level IV (Awas).
Penetapan zona bahaya yang sebelumnya 7 kilometer dari pusat erupsi, kini diturunkan ke 6 kilometer. Sementara aktivitas kegempaan yang berpotensi menyuplai magma dari dalam perut gunung masih terus terjadi.
Dalam enam jam terakhir yaitu pukul 00.00 Wita sampai 06.00 Wita, Gunung Lewotobi Laki-laki mengalami 3 kali gempa hembusan dan 12 kali gempa tremor harmonik.
Secara visual, aliran lava ke arah timur laut sejauh 4.340 meter dari pusat erupsi. Luncuran lava panas ini tak jauh dengan Desa Nurabelen dan Nobo, Kecamatan Ile Bura.
Aliran lava juga mengarah ke barat-barat laut sejauh 3.800 meter dari pusat erupsi. Adapun desa-desa sekitarnya adalah Klatanlo, Hokeng Jaya, dan Nawokote.
"Tingkat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki masih Level IV (Awas)," demikian laporan PGA Lewotobi di dalam grup whatsapp.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.