Berita NTT
Profesor Intje Picauly Singgung Ekologi Pangan dan Gizi di Wilayah Lahan Kering Kepulauan
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Prof Dr. Intje Picauly, S.Pi.,M.Si dikukuhkan menjadi guru besar.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Ia menyebutkan analisis kandungan gizi biscuit dilakukan pada laboratorium Nutrisi Ternak Fapet Undana dan proses penilaian organoleptic (Rasa, tekstur, Bau, dan Warna) biskuit serta ikut memberikan masukan dalam proses mendisain kemasan produk dilakukan bersama 170 mahasiswa FKM Undana.
Hak pakai dan produksi Biskuit IMAN sudah diserahkan ke UMKM “Morige” sejak tahun 2021 dan memiliki ijin Layak Produksi dan halal. Produk Biskuit IMAN juga sudah memiliki hak PATEN SEDERHANA dan telah di publikasi di jurnal internasional bereputasi.
Ia mengaku ketersediaan pangan di wilayah lahan kering kepulauan sering kali terganggu oleh faktor-faktor seperti keterbatasan lahan subur, mahalnya harga pupuk, perubahan iklim, serangan hama dan bencana alam.
Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan sistem pertanian yang inovatif, adaptif dan berkelanjutan.
Hasil penelitian Picauly dkk (2024) menjelaskan bahwa pemanfaatan sumberdaya alam seperti limbah daun kelor (Moringa oleifera) dan daun petai cina/lamtoro (Leucaena leucocephala) sebanyak 5 cc sebagai pupuk organic cair (POC) dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan mempercepat masa panen sayur Kailan (Brassica oleracea) dan merangsang proses pembuahan pada tanaman Tomat, Labu dan Terung.
Hal ini bermakna bahwa dengan memanfaatkan limbah sumberdaya alam sekitar dapat mendukung aspek ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga yang berdampak pada kecukupan asupan gizi sayuran dari kelompok vitamin dan mineral.
Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) dan Peluangnya
Ia juga menyinggung program intervensi gizi spesifik dalam percepatan penurunan stunting 10 tahun lalu adalah PMT Balita Kurus, PMT Ibu Hamil KEK, Program GEMARIKAN (Gemar Makan Ikan); dan Program PMT Desa.
Hasil survei dan uji petik lapangan oleh tim Pokja Stunting Propinsi NTT menemukan bahwa semua program PMT berjalan dengan baik.
Hal positif yang dijumpai adalah :
1). Meningkatnya tingkat pengetahuan kader posyandu terkait cara penyusunan menu dan cara pengolahan;
2). Setiap desa memiliki inovasi lokal untuk mengantisipasi dan mempermudah langkah penyelesaian permasalahan setiap lokus.
Tahun 2025-2029, pemerintah Indonesia kembali mengangkat masalah stunting menjadi agenda kerja Pemerintah Indonesia dengan meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Hal ini berarti bahwa dukungan pemerintah pusat terhadap permasalah stunting dan masalah gizi lainnya masih sama walaupun dalam bentuk pelaksanaan yang berbeda.
Hasil pengamatan, pelaksanaan program MBG bersifat open target atau sasaran penerima program tidak focus pada penderita stunting, wasting, underwigth atau obes).
Kajian pelaksanaan MBG dalam bingkai Ekologi Pangan dan Gizi di Wilayah Lahan Kering Flobamora melibatkan aspek proses dan sumberdaya pangan lokal.
a)Bahaya Kontaminasi makanan dan minuman.
Wilayah lahan kering dengan keterbatasan air bersih muda terjadi kontaminasi tunggal atau silang antara alat dan bahan pangan/makanan serta kebersihan pengelola. Bahaya kontaminasi lebih banyak mengancam anak berusia 1-12 tahun, ibu hamil dan menyusui. Adapun sumber kontaminasi dari bakteri, virus dan parasite. Dampak terkontaminasi mulai dari mual, muntah hebat, diare berair, dan nyeri perut hingga kematian.
Mikotoksin adalah senyawa beracun yang diproduksi oleh jamur yang ditemukan pada produk hasil pertanian seperti jagung, kacang-kacangan, sorghum, dan beras. Jenis pangan ini lebih banyak diproduksi dan disimpan. Oleh karena itu, masyarakat NTT perlu memperhatikan hal ini, sebab budaya menyimpan makanan pokok tersebut dapat berpeluang terinfeksi dan dalam jangka panjang dapat terinfeksi dapat merusak sistem kekebalan, menghambat perkembangan normal, atau menyebabkan kanker.
b) Cara Pengolahan (Penggunaan Panas)
Pengolahan pangan secara masal membutuhkan panas yang tinggi. Pengolahan makanan dengan menggunakan panas yang tinggi umumnya mengakibatkan penurunan komposisi kimia dan zat gizi bahan pangan tersebut seperti kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Setiap jenis pangan mempunyai cara pengolahan serta jenis dan jumlah limbah proses pengolahannya. Semakin banyak kebutuhan pangan yang diolah akan semakin banyak limbah proses pengolahan yang dihasilkan. Hal inilah yang harus menjadi focus pengelola program MBG.
c)Distribusi Makanan
Hasil penelitian di rumah sakit menemukan bahwa jadwal distribusi makanan tidak berhubungan dengan sisa makanan pasien. Namun, citarasa makanan berhubungan dengan sisa makanan. Semakin baik citarasa makanan semakin sedikit sisa makanan. Hal ini menunjukan bahwa lamanya waktu yang digunakan dalam pendistribusian makanan akan menghabiskan waktu tunggu pasien untuk makan dan semakin lama makanan disimpan akan berpengaruh dalam citarasa.
Wilayah NTT memiliki keunikan yang lain adalah kondisi geografis yang sulit. Sehingga mempersulit proses dan lama waktu distribusi makanan dari tempat pengolahan ke lokus penggunaan program. Hal ini berarti berpeluang besar makanan mengalami kemunduran mutu dan menghasilkan sisa makanan dalam jumlah yang besar.
d) Sumberdaya Alam (Bahan Pangan)
Bahan pangan lokal menjadi jaminan keberlanjutan program MBG. Semakin beragam jenis pangan lokal semakin baik dukungan terhadap pelaksanan program MBG. Data Riskesdas 2018 dan BPS (NTT dalam Angka) tahun 2023 dan menjelaskan bahwa pola konsumsi masyarakat NTT sampai saat ini masih didominasi oleh jenis pangan sumber karbohidrat seperti Nasi, jagung dan umbi; sedikit konsumsi daging, sayur dan buah. Hal ini menjadi tantangan dalam pelaksanaan program MBG. Oleh karena itu, pelaksanaan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) di semua wilayah NTT harus mempertimbangkan empat (4) pendekatan subsistem ekologi pangan dan gizi meliputi : 1). Subsistem Produksi; 2). Subsistem Pengolahan; 3). Subsistem Distribusi; dan 4). Subsistem Konsumsi.
Ia mengaku ketersediaan pangan di wilayah lahan kering kepulauan sering kali terganggu oleh faktor-faktor seperti keterbatasan lahan subur, mahalnya harga pupuk, perubahan iklim, serangan hama dan bencana alam. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan sistem pertanian yang inovatif, adaptif dan berkelanjutan.
Hasil penelitian Picauly dkk (2024) menjelaskan bahwa, pemanfaatan sumberdaya alam seperti limbah daun kelor (Moringa oleifera) dan daun petai cina/lamtoro (Leucaena leucocephala) sebanyak 5 cc sebagai pupuk organic cair (POC) dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan mempercepat masa panen sayur Kailan (Brassica oleracea) dan merangsang proses pembuahan pada tanaman Semangka, Tomat dan Terung.
Hal ini bermakna bahwa dengan memanfaatkan limbah sumberdaya alam sekitar dapat mendukung aspek ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga yang berdampak pada kecukupan asupan gizi sayuran dan buah dari kelompok vitamin dan mineral.
Ia menjelaskan berdasarkan semua penjelasan diatas maka kita telah mengetahui bahwa:
Program MBG menggunakan system open target karena memprioritaskan aspek pencegahan sekaligus penanggulangan masalah gizi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia serta perbaikan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, membutuhkan strategi kolaborasi pendekatan ekologi pangan dan gizi lintas sektor dalam pelaksanaan program Nasional MBG. Strategi kolaborasi lintas sektor melibatkan : Tokoh agama; Sektor Swasta; PT/Advokasi Gizi/Organisasi profesi Gizi dan Pemerintah
Kesimpulan
1. Ketersediaan pangan yang cukup dan bergizi sangat diperlukan untuk mendukung pembangunan kesehatan masyarakat. Namun, tantangan yang dihadapi, seperti keterbatasan sumber daya alam dan faktor lingkungan memerlukan perhatian serius.
2.Ekologi pangan dan gizi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama di wilayah lahan kering kepulauan.
3.Strategi pengelolaan ekologi pangan dan gizi yang efektif memerlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi.
4.Pendekatan Ekologi Pangan dan Gizi menjadi peluang percepatan penurunan masalah gizi kesehatan masyarakat di NTT
5.Pendekatan Ekologi Pangan dan Gizi dapat menjadi alternative inovasi dalam pelaksanaan program MBG di NTT. Upaya ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesehatan masyarakat, tetapi juga mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Ia menyampaikan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukungnya hingga meraih gelar Profesor.
"Terima kasih kepada semua orang yang tidak saya sebutkan satu persatu dalam orasi ini, namun sumbangsih tanpa pamri yang sempat diberikan untuk saya, semuanya dicatat dengan rapih dalam memori kebesaran cinta kasih BAPA saya disurga (Tuhan Yesus Kristus). Terimakasih atas kepercayaan, dukungan dan motivasi serta kerja giatnya selama ini. Kiranya Tuhan Yesus memberkati Bapak, Ibu dan saudara-saudara sekalian,"pungkas dia.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.