Berita Flores Timur
Erupsi Saat Hujan, Warga Lereng Lewotobi yang Pergi Berkebun Diminta Waspada Banjir
Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali erupsi, Selasa, 25 Januari 2025 siang.
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Ricko Wawo
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali erupsi, Selasa, 25 Januari 2025 siang.
Di saat bersamaan, terjadi hujan dengan intensitas deras disertai gemuruh dan petir di lereng gunung yang masih bertatus Level III (Siaga). Warga diminta waspada banjir lahar dingin.
Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, melaporkan tinggi kolom abu tidak teramati lantaran tertutup kabut tebal.
Meski demikian, alat seismogram merekam kekuatan erupsi dengan amplitudo maksimum 17.7 mm dan berdurasi 1 menit 28 detik.
Baca juga: DPRD Ngada Wempi Bate Minta BPBD Segera Tangani Longsor di Ruas Jalan Bajawa -Wawowae
"Kolom abu tidak teramati," demikian laporan tertulis yang dirilis Kepala PGA Lewotobi dari Desa Pululera, Herman Yosef Mboro.
Selain menganjurkan aktivitas tak boleh kurang dari 6 kilometer, masyarakat juga diminta untuk selalu mewaspadai potensi banjir lahar hujan, apa lagi desa-desa yang memiliki sungai yang berhulu ke Gunung Lewotobi Laki-laki.
"Waspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki," ujar Herman.
Pantauan TRIBUNFLORES.COM di Desa Hokeng Jaya, Dulipali, Nawokote, Nobo, dan Dusun Podor, banyak warga yang beraktivitas meski radiusnya kurang dari 6 kilometer.
Baca juga: Hujan Lebat Masih Berpotensi Terjadi di Berbagai Wilayah Indonesia, Ini Penjelasan BMKG
Dari sekian desa terkatogeri Kawasan Rawan Bencana (KRB) itu, Desa Dulipali, Nawokote, dan Klatanlo adalah wilayah paling beresiko terhadap banjir lahar dingin.
Alasan warga nekat beraktivitas dalam radius bahaya karena tuntutan hidup. Mereka datang untuk memanen hasil bumi seperti kalapa dan kemiri.
Selain persoalan hidup, akhir-akhir ini sering terjadi aksi pencurian di kebun. Kedatangan mereka juga untuk melakukan pengawasan terhadap aset yang mereka tinggalkan sejak November 2024.
Setelah memanen komoditi, para penyintas langsung kembali ke camp pengungsian yang disediakan Pemerintah Daerah Flores Timur. Adapun jumlah pengungsi sebanyak 5.000-an jiwa baik di hunian sementara (Huntara), pokso terpusat, maupun mandiri.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Lewotobi Laki-laki Tiga Kali Erupsi
Desa Terdampak Erupsi
Kepala Posmat Gunung Lewotobi
TribunFlores.com
Hujan Lebat Masih Berpotensi Terjadi di Berbagai Wilayah Indonesia, Ini Penjelasan BMKG |
![]() |
---|
PSSI Pecat Indra Sjafri Buntut Kegagalan di Piala Asia U 20 2025 |
![]() |
---|
Siklon Tropis Bianca di Samudra Hindia Selatan Jawa, Waspada Hujan Lebat di NTT 25–27 Februari 2025 |
![]() |
---|
91 Guru di Flores Timur NTT Ikut Pendidikan Profesi Guru |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.