Berita Ende

808 Babi di Ende Mati Mendadak, Enam Positif ASF

Sebanyak 808 ekor babi dilaporkan mati mendadak dalam sebulan terakhir di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Enam di antaranya dinyatakan posi

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Ricko Wawo
TRIBUNFLORES.COM/HO. DINAS PERTANIAN ENDE
DISINFEKTAN MASSAL - Petugas kesehatan hewan dari Dinas Pertanian Kabupaten Ende, sedang melakukan penyemprotan disinfektan di kandang babi milik warga Kabupaten Ende, Rabu, 26 Februari 2025. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo

TRIBUNFLORES.COM, ENDE – Sebanyak 808 ekor babi dilaporkan mati mendadak dalam sebulan terakhir di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Enam di antaranya dinyatakan positif Demam Babi Afrika (ASF) berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium veteriner Denpasar, Bali.

Berdasarkan laporan yang diterima TribunFlores.com dari Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ende, Ibrahim Gadir Dean, Rabu, 26 Februari 2025, enam sampel darah babi yang dinyatakan positif ASF masing-masing berasal dari tiga lokasi berbeda, yaitu dua sampel dari Kelurahan Paupire, Kecamatan Ende Tengah; dua sampel dari Desa Wolotolo, Kecamatan Detusoko dan dua sampel lainnya dari Desa Wolotopo, Kecamatan Ndona. 

Temuan ini semakin memperkuat dugaan bahwa penyakit ASF sedang melanda daerah tersebut, menyebabkan kekhawatiran di kalangan peternak lokal dan masyarakat.

Kematian massal babi ini terjadi di enam kecamatan yang berbeda, yakni Kecamatan Detusoko, Ndona, Maukaro, Wewaria, Maurole, dan Ende Tengah. Sementara kecamatan lainnya masih dalam pantauan petugas kesehatan hewan. 

Baca juga: Kejagung Dalami Peran Raja Minyak Riza Chalid Terkait Kasus Korupsi Minyak Mentah Rp 193 Triliun

Berdasarkan laporan yang diterima oleh Dinas Pertanian Kabupaten Ende, hingga saat ini tercatat 808 ekor babi mati, yang sebagian besar menunjukkan gejala penurunan nafsu makan, demam tinggi, serta kematian dalam jumlah besar.

Babi yang terinfeksi juga tidak menunjukkan respons terhadap pengobatan yang diberikan, memperkuat dugaan bahwa kematian ini disebabkan oleh ASF, yang merupakan penyakit sangat mematikan bagi babi dan hingga kini belum ditemukan vaksin untuk mengobatinya.

Setelah melakukan pengambilan sampel darah dan organ dari babi yang mati, Dinas Pertanian Kabupaten Ende mengirimkan spesimen tersebut ke Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar. Hasil uji laboratorium mengonfirmasi bahwa ASF adalah penyebab utama kematian massal ini.

"Untuk mencegah penyebaran penyakit ASF lebih lanjut, kami telah menetapkan beberapa langkah pengendalian dan pencegahan yang harus segera dilaksanakan, antara lain desinfeksi massal yakni melakukan desinfeksi pada area yang terinfeksi untuk membatasi penyebaran virus ke ternak lain," ujar Gadir Dean.

Masyarakat diimbau untuk tidak memberikan sisa makanan rumah tangga yang mengandung unsur babi kepada ternak.

Baca juga: Koalisi Kopi Lembata Tanam Bakau di Pantai Moo untuk Atasi Dampak Perubahan Iklim


        
Peternak diminta untuk memasak pakan lokal selama minimal satu jam dan memastikan pakan tidak mengandung bahan dari babi.
        
Menjaga kebersihan kandang, peralatan, dan rutin melakukan pembersihan dengan desinfektan.

Membatasi akses orang, barang, dan hewan yang masuk ke kandang, serta mengharuskan penggunaan sepatu boot dan pakaian khusus bagi siapa saja yang memasuki kandang.

Masyarakat diminta untuk tidak membuang bangkai babi yang mati di sembarang tempat. Bangkai babi yang mati harus segera dikubur dengan benar untuk mencegah penyebaran virus.

Peternak diminta memberikan pakan yang berkualitas dan suplemen yang cukup untuk menjaga kesehatan ternak mereka.

Peternak dihimbau untuk tidak membeli babi atau produk olahan babi dari sumber yang tidak diketahui status kesehatannya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved