Elang Flores

Populasi Elang Flores Tersisa 300 Ekor, Hilangnya Habitat dan Perburuan Ilegal Jadi Ancaman

RCS menyebut data populasi  Elang Flores atau Flores Hwak Eagle (Nisaetus floris) hanya 300 ekor atau 150 pasang di Hutan Mbeling, Manggarai Barat.

Penulis: Berto Kalu | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/HO- TAMAN NASIONAL KELIMUTU
SATWA ENDEMIK NTT- Burung Elang Flores yang hidup di Taman Nasional Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi NTT. 

TRIBUN-FLORES.COM, LABUAN BAJO- Raptor Conservation Society (RCS) menyebut data populasi  Elang Flores atau Flores Hwak Eagle (Nisaetus floris)  hanya 300 ekor atau 150 pasang di Hutan Mbeling, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Data ini disampaikan Usep, perwakilan Raptor Conservation Society,  saat melakukan pelatihan raptor dan upaya konservasi Elang Flores yang dilaksanakan di Desa Wisata Wae Lolos, Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, pada Sabtu (8/2/2025) lalu.

"Namun keberadaan Elang Flores di Mbeliling semakin terancam akibat perburuan dan konflik kepentingan dengan manusia. Data populasi Elang Flores hanya 300 ekor atau 150 pasang," ujar Usep.

Baca juga: 8 Destinasi Jadi Contoh Gerakan Wisata Bersih di Indonesia, Ada Labuan Bajo di NTT

 

 

Habitat Terancam

Usep mengungkapkan Elang Flores salah satu spesies raptor yang terancam punah dan hanya ditemukan di Pulau Flores.
Penyebab utama penurunan populasi adalah hilangnya habitat, terutama raptor yang mendiami pulau kecil, populasi asalnya tersisa sedikit dan tidak memiliki tempat lain untuk didiami.

Selain itu, pemakaian bahan-bahan kimia untuk membunuh mangsa raptor yang dianggap hama juga menjadi masalah serius kelestarian burung.

"Penangkapan raptor untuk diperdagangkan secara ilegal masih sering terjadi, juga di Indonesia. Pasar-pasar burung besar biasanya masih menjual raptor secara langsung," ungkapnya.

Menurutnya, keterlibatan masyarakat dan organisasi lokal dalam upaya konservasi Elang Flores sangat penting dalam melindungi lokasi sarangnya.  Pengetahuan masyarakat lokal juga merupakan informasi berharga bagi ahli biologi dan peneliti raptor.

"Sangat strategis jika ada kolaborasi antara masyarakat  lokal, peneliti, perguruan tinggi, LSM, lembaga pemerintah bahkan korporasi perlu didorong. Para pihak memiliki profesionalisme dan keterampilan atau sukber daya yang relevan untuk disumbangkan," ujarnya.

 

Baca juga: Populasi Kakatua Kecil Jambul Kuning di Taman Nasional Komodo Turun, Salah Satu Satwa Kunci

 

Konservasi Elang Flores di Hutan Mbeling

Habitat Elang Flores di Nusa Tenggara salah satunya di Bentang Alam Mbeliling, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved