Proyek Geothermal di Flores

Keuskupan Agung Ende Tegaskan Tolak Proyek Geothermal di Flores Usai Terima Tim Kementerian ESDM

Kunjungan ini bertujuan untuk melakukan audiensi dengan Bapa Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD, terkait proyek pembangunan pembangkit.

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Gordy Donovan
zoom-inlihat foto Keuskupan Agung Ende Tegaskan Tolak Proyek Geothermal di Flores Usai Terima Tim Kementerian ESDM
TRIBUNFLORES.COM/HO-KAE
POSE BERSAMA - Pose bersama usai Usai Uskup Agung Ende menerima kunjungan sejumlah utusan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (ESDM-EBTKE), PT PLN, serta beberapa pihak terkait lainnya, Sabtu, 15 Maret 2025.

Beberapa alasan penolakan tersebut antara lain: 

1. Keterbatasan Sumber Daya Alam  Keuskupan Agung Ende terdiri dari wilayah yang banyak dihiasi gunung dan bukit, dengan lahan terbatas untuk pemukiman dan pertanian warga. Kehidupan masyarakat sangat tergantung pada sumber daya alam yang ada, terutama untuk sektor pertanian.

2. Ketergantungan pada Pertanian

Hampir 80 persen umat Keuskupan Agung Ende bergantung pada sektor pertanian untuk mata pencaharian mereka. Proyek geothermal yang dapat mengubah kondisi alam dan ekosistem di wilayah ini berpotensi mengganggu kehidupan pertanian masyarakat.

3. Kekhawatiran akan Krisis Air

Keuskupan Agung Ende memiliki sumber air terbatas, yang terutama bergantung pada curah hujan. Pemanfaatan sumber daya air yang tidak tepat dalam proyek geothermal dapat menyebabkan kerusakan, kelangkaan air, dan masalah sosial bagi umat.

4. Aspek Budaya dan Tradisi

Pertanian di wilayah ini juga membentuk kebudayaan dan tradisi umat, yang tercermin dalam struktur sosial dan berbagai ritus tradisional. Proyek geothermal, yang dapat mengubah alam sekitar, dikhawatirkan akan merusak tradisi dan pola hidup masyarakat yang telah berlangsung lama.

Meskipun Gereja Keuskupan Agung Ende menegaskan penolakan terhadap proyek geothermal, Uskup Agung Ende Mgr Paul Budi Kleden menyatakan dialog dan diskusi antara gereja, pemerintah, dan pihak terkait masih terbuka. 

Keuskupan Agung Ende menginginkan solusi yang berpihak pada kesejahteraan umat, keberlanjutan lingkungan, dan pelestarian budaya lokal.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved