DPRD Sikka
Dokter Anestesi Tidak Tersedia di RSUD TC Hillers, Nyawa 4000 Ibu Hamil di Sikka Terancam
4000 ibu hamil yang saat ini terdata berada di Sikka berpeluang terancam oleh karena ketiadaan dokter anestesi di RSUD dr TC Hillers
Penulis: Nofri Fuka | Editor: Nofri Fuka
Tragedi beruntun ini memuncak pada 9 April 2025. Maria Yunita (36), ibu hamil dari Kelurahan Nangameting, tewas bersama janinnya setelah proses rujukan ke rumah sakit luar kabupaten terlambat. Padahal, ia hanya membutuhkan persalinan darurat.
Maria Yunita (36) dirujuk dari Puskesmas Beru pada rabu 9 April 2025 sekitar pukul 15.00 WITA untuk persiapan melahirkan anak. Saat tiba di IGD TC. Hillers Maumere, pasien dan keluarga mendapat informasi dari rumah sakit bahwa di RSUD Dr. TC. Hillers Maumere tidak ada dokter Anestesi.
Pihak RSUD Dr. TC. Hillers Maumere kemudian melakukan komunikasi dengan beberapa rumah sakit di luar kabupaten Sikka agar pasien bisa dirujuk namun karena tarik ulur waktu akhirnya pasien meninggal dunia di IGD Dr. Tc Hillers Maumere.
Data Dinas Kesehatan Sikka mengonfirmas lima nyawa melayang sepanjang 2025 akibat masalah yang sama. Kasus MMS, AP, dan Maria hanyalah puncak gunung es.
Saat ini, 62 ibu hamil berisiko tinggi terancam nasib serupa. “Mereka belum tentu harus caesar, tapi potensi komplikasi tinggi. Kami sedang berupaya mencari dokter,” ujar PLT Kadinkes Sikka, Petrus Herlemus.
Upaya pemerintah setempat belum membuahkan hasil. Kekosongan dokter anestesi di RSUD TC Hillers masih menjadi momok.
Pasien pun dipaksa dirujuk ke rumah sakit di luar Sikka, seperti ke pulau Flores. Namun, koordinasi yang lamban dan jarak yang jauh seringkali berujung fatal. Maria Yunita adalah contoh nyata: petugas kebingungan mencari tempat rujukan, hingga waktu kritisnya habis.
“Tidak ada dokter anestesi,” begitu alasan yang terus diulang Pihak rumah sakit kepada keluarga pasien.
Di balik angka dan prosedur yang terjadi adalah kegagalan sistemik. RSUD TC Hillers, sebagai tumpuan kesehatan masyarakat Sikka, ternyata tak mampu menjamin layanan darurat.
Rujukan antar-rumah sakit tidak didukung mekanisme cepat, sementara pemerintah daerah terlihat kelelahan mencari solusi jangka pendek. Ibu hamil, kelompok paling rentan dalam situasi ini, menjadi korban utama.
Krisis ini menyisakan pertanyaan mendasar: sampai kapan nyawa warga Sikka menjadi taruhan kelalaian sistem? Solusi struktural seperti insentif khusus untuk dokter anestesi, kerja sama dengan pemerintah pusat, atau pembangunan sistem rujukan darurat yang terintegrasi, harus segera diwujudkan. Jika tidak, daftar korban akan terus bertambah, dan RSUD TC Hillers hanya akan dikenang sebagai simbol pembunuhan sistemik.
Menurut Yohanes, GMNI Sikka berkesimpulan, kelangkaan dokter anestesi di RSUD TC Hillers Maumere telah memicu rantai kematian pasien, terutama ibu hamil, yang seharusnya bisa dicegah.
Krisis ini memperlihatkan kerapuhan sistem kesehatan daerah dan ketidaksiapan pemerintah menghadapi darurat medis.
GMNI Sikka menuntut pemenuhan dokter anestesi dalam 3X24 Jam, pertanggungjawaban Direktur RSUD Tc Hillers Maumere, Audit APBD Kesehatan Kabupaten Sikka, Reformasi sistem rujukan berbasis hak, mendorong DPRD Kabupaten Sikka untuk bersama Bupati Sikka merevisi APBD 2025, mengalokasikan dana khusus untuk rekrutmen dokter anestesi melalui instentif yang memadai, memastikan alokasi anggaran kesehatan mencapai minimal 10 persen dan sanksi bagi direktur RSUD TC Hillers Maumere yang lalai memenuhi standar penyelesaian kesehatan.
Berita TRBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.