Berita Flores Timur

Tak Menyerah di Tengah Erupsi Lewotobi, Yois Tolok Bertahan dengan Usaha Bengkel Modifikasi

Meski ditantang bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Yois Tolok tidak menyerah. Bengkel modifikasi kendaraanya masih didatangi para pelanggan.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
MODIFIKASI KENDARAAN-Yois Tolok (26), saat mengecat bodi motor pelanggan di bengkelnya, Desa Persiapan Padang Pasir, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT. 

"Dari situ orang mulai percaya bahwa saya bisa cat seperti modifikator lain yang sudah punya pengalaman. Lama-kelamaan semakin banyak pelanggan," katanya, Selasa, 13 Mei 2025 sore.

Yois mengatakan, perlengkapan cat dibeli dari Kota Maumere, Kabupaten Sikka, bukan dibeli dari Larantuka. Pasalnya harga barang di sana lebih murah dan berkualitas.

Usaha bengkel yang ia tekuni sejak 2019 ini berkembang pesat, bahkan jasa modifikasinya sampai ke Kabupaten Lembata. Selain sepeda motor, Yois juga bisa mempercantik mobil truk.

Selain kendaraan, Yois juga menekuni usaha las. Meski baru dimulai tahun 2021, pria murah senyum ini mampu membuat ranjang tidur. Usahanya membawa keuntungan cukup bagus, ditaksir jutaan rupiah, melampaui upah pekerja kantoran.

"Kalau ramai sekali bisa belasan juta sebulan. Tapi namanya usaha kan pasang surut, kadang ramai kadang sepi," ceritanya.

Yois menjadi teladan anak-anak muda di desa yang bingung mencari pekerjaan. Di era serba sulit saat ini, orang-orang harus jelih melihat potensinya untuk mengaktualisasikan diri.

"Paling penting jangan gengsi bekerja kotor. Kalau kita gengsi maka kita tidak bisa dapat uang. Semua pekerjaan itu baik, intinya jangan mencuri," punkasnya.

 

Baca juga: Siswa dan Guru Penyintas Lewotobi Rayakan Hardiknas di Pengungsian

 

Bertahan di Tengah Dampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki

Yois Tolok adalah salah satu pelaku usaha kecil menengah (UKM) terdampak bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki. Rumahnya berada sekira 5 kilometer dari gunung Level III (Siaga) itu.

Saat bencana 3 November 2024 dengan aktivitas erupsi yang tak kenal jedah, Yois bersama istri dan keluarganya mengungsi ke Desa Bokang Wolomatang, Kecamatan Titehena. Usahanya tak berjalan sekitar tiga bulan.

Seiring dengan menurunnya aktivitas erupsi, Yois memberanikan diri menghidupkan usaha di rumahnya, namun dengan waktu yang tidak intens. Satu hari hanya beberapa jam dengan sedikit jumlah pelanggan.

Dia belum berfikir untuk memindahkan bengkelnya di posko pengungsi. Sebab di sana hidup ribuan orang dengan lahan sempti, apa lagi di halaman Sekolah Dasar (SD).

Selain bengkel, mereka juga menjual nasi bungkus dan kue di Pasar Boru setiap hari Senin. Meski ditantang bencana, Yois tidak menyerah. Bengkelnya masih didatangi para pelanggan. Ongkos pengerjaan yang relatif murah dengan hasil memuaskan menarik orang untuk menggunakan jasanya.

Yois berencana membuka bengkel di tempat relokasi yang saat ini sedang diupayakan pencarian lahan oleh Pemda Flores Timur untuk pembangunan hunian tetap (huntap).

"Kalau semua sudah tinggal terpusat pasti akan lebih baik lagi. Mudah-mudahan semua bisa berjalan lancar, supaya kami masyarakat punya usaha tidak mati," harapnya. (cbl)

Berita TribunFlores.Com Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved