Kisah Perawat di Flores Timur
Setia Merawat Pasien di Tengah Dahsyatnya Letusan dan Amukan Gunung Lewotobi
Pasien yang datang mengeluh pusing, mual, demam, gatal-gatal, bahkan muntah-muntah. Sejak erupsi berkepanjangan hampir 2 tahun terakhir
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Hilarius Ninu
Baca juga: Agustinus Nurak Petani asal Desa Nitakloang Sikka Doakan LPK Musubu
Saat pelayanan sedang berjalan normal, nakes dan pasien dikejutkan dengan dentuman kuat. Lewotobi Laki-kaki kembali murka. Suasana di Puskesmas Boru seketika mencekam. Letusan pukul 11.05 Wita yang mengguncang disertai gemuruh hebat itu menyemburkan asap hingga 18.000 meter di atas puncak kawah.
Theresa yang panik berusaha tegar. Ia dan rekan-rekannya menenangkan pasien yang ketakutan. Mereka juga mencegah beberapa orang yang nekat keluar ruangan di tengah guyuran material kerikil.
Theresa lalu duduk di samping dua pasien rawat inap yang tak berhenti merintih khawatir. Atap seng dikoyak kerikil. Material seukuran jempol yang terbang dari radius 7 kilometer itu merangsek hingga teras puskesmas. Material abu bahkan melanda hingga ratusan kilometer ke arah barat Pulau Flores.
"Keadaan jadi gelap, hujan kerikil hantam seng, semua orang panik, kami semua berlindung di dalam ruangan," ujar Theresa, saat ditemui pada Sabtu (17/07/25).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.