Kisah Perawat di Flores Timur
Setia Merawat Pasien di Tengah Dahsyatnya Letusan dan Amukan Gunung Lewotobi
Pasien yang datang mengeluh pusing, mual, demam, gatal-gatal, bahkan muntah-muntah. Sejak erupsi berkepanjangan hampir 2 tahun terakhir
Penulis: Paul Kabelen | Editor: Hilarius Ninu
Baca juga: Rektor Unipa: Kami Apresiasi Program Pemkab Sikka 1 Kepala Keluarga RTM 1 Sarjana
Guncangan saat Lewotobi Laki-laki meletus eksplosif sudah lima kali terjadi. Perasaan trauma akan letusan dahsyat pada tanggal 7 November 2024 yang menewaskan 9 warga belum seutuhnya lekang dari ingatan.
Mereka saling menguatkan sembari berdoa memohon perlindungan. Hujan kerikil selama 15 menit akhirnya berhenti. Tidak ada yang terluka. Semuanya selamat dari bencana.
Nakes terserang ISPA
Risiko bahaya selalu membayangi saat mereka melaksanakan tugas. Puskesmas Boru terpaut jarak sekira tujuh kilometer selalu dilanda abu setiap kali erupsi. Bangunan Puskesmas Boru masih dikepung abu vulkanik sejak awal erupsi 23 Desember 2023 hingga Juli 2025.
Menjadi nakes di kawasan rawan bencana Gunung Lewotobi Laki-laki bukanlah pekerjaan mudah. Selain diancam letusan eksplosif, para nakes juga rentan tersengar penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan akut (Ispa).
Baca juga: Anggota DPRD Sikka Adeo Datus Apresiasi Pelaku Usaha yang Sadar Pajak
Saat menderita sakit, beban pekerjaan semakin berat. Nakes juga manusia. Demi menyehatkan masyarakat, mereka tetap menjangkau wilayah yang terisolasi akibat banjir lahar dingin, seperti saat ke Desa Hewa, Desa Pantai Oa, Desa Ojan Detun, dan Desa Waiula.
Kepala Puskesmas (Kapus) Boru, Andrea Maria Andriana Masni, mengatakan paparan vulkanik tebal menyebabkan 170 orang, termasuk para nakes terserang ispa. Mereka dirawat sesama nakes sebagai pasien BPJS, kemudian diijinkan beristirahat hingga pulih.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.