Berita TTS

Dosen FKM Undana Kupang dan Mahasiswa Bikin Rukom Stunting di Oinlasi TTS NTT

Tema PKM penguatan perilaku pangan, gizi dan kesehatan masyarakat melalui Penerapan Inovasi Rumah Komunikasi Stunting

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / HO-INTJE
POSTER EDUKASI - Poster dan foto kegiatan PKM Dosen FKM Undana bersama mahasiswa di Oinlasi Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Juli 2025. 

TRIBUNFLORES.COM, SOE - Sejumlah dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang melaksanakan pengabdian kepada masyarakat (PKM) di Polindes Oinlasi, Kecamatan Molo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mereka diantaranya, Prof. Dr. Intje Picauly, M.Si, Dr. Marni, SKM, M.Kes, Soleman Landi, SKM,. M.Sc, Agus Setyobudi, SKM., M.Kes, Grouse Oematan, SKM., M.Kes dan 
10 orang mahasiswa lintas fakultas FKM, Faperta, Fisip dan Hukum.

Tema PKM yaitu penguatan perilaku pangan, gizi dan kesehatan masyarakat melalui Penerapan Inovasi Rumah Komunikasi Stunting (Rukom Stunting).

Jenis kegiatan diantaranya, kebun gizi, pojok literasi dan KIE elektronik dengan targetnya semua keluarga rentan stunting (ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, Balita, dan remaja putri, WUS dan PUS).

Baca juga: 2 Mahasiswi FKM Undana Kupang Edukasi Pencegahan Kekerasan Seksual di SMK Negeri 5 Kota Kupang

 

Ketua kegiatan PKM, Prof. Dr. Intje Picauly menyatakan Kabupaten TTS merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai prevalensi stunting mengalami peningkatan di tahun 2024. 

Data hasil pengukuran E-PPGBM per Agustus 2023 sebesar 22.3 persen kemudian meningkat menjadi 36.5 persen di tahun 2024. 

Hasil penelitian dan evaluasi status kesehatan masyarakat wilayah Kabupaten TTS menunjukkan perubahan peningkatan prevalensi stunting di Kabupaten TTS lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingginya angka penyakit infeksi menular, tingginya kasus anemia pada remaja putri dan ibu hamil, rendahnya pola konsumsi pangan yang beragam, lemah dalam praktik pola asuh ibu yang tepat baik pola asuh makan dan sanitasi higiene individu. Tiga faktor utama yang cukup berpengaruh adalah perilaku ibu terkait pangan dan gizi, tingkat pengetahuan gizi dan faktor kemiskinan. 

Prof Intje menegaskan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan perilaku masyarakat terkait pengetahuan tentang pangan dan gizi, persepsi atau sikap tentang pangan dan gizi serta tindakan terkait pangan dan gizi melalui edukasi elektronik dan pojok literasi.

Selain itu, untuk meningkatkan asupan gizi keluarga risiko stunting (ibu hamil, ibu menyusui, anak balita dan remaja putri) melalui kebun atau dapur gizi yang berisikan kolam ikan lele dengan hidroponik sayuran (kangkung dan selada).

"Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dimulai dengan melakukan survei awal dengan fokus data tingginya prevalensi stunting,"ungkap Prof Intje Selasa 29 Juli 2025.

Prof Intje menyebutkan menurut data dan rekomendasi dari Dinas Kesehatan TTS jatuh pada Desa Oinlasi Kecamatan Molo Selatan, Kabupaten TTS. 

Dimana pada tahun 2024 prevalensi stunting sebesar 39.2 persen terus meningkat ditahun 2025 per bulan Maret sebesar 52,3 persen. 

Data hasil pengukuran tersebut sangat tinggi jika melihat posisi Desa Oinlasi Kecamatan Molo Selatan merupakan desa yang lebih dekat dengan ibu kota kabupaten TTS yaitu kota Soe. 

"Posisi atau letak Desa Oinlasi menggambarkan keterjangkauan masyarakat dengan sumber informasi dan sarana prasarana yang lebih memadai dibandingkan masyarakat didesa lain. Namun kenyataannya tidak demikian,"jelasnya. 

Ia menyebutkan tiga program kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Desa Oinlasi untuk mendukung upaya penanggulangan masalah stunting adalah : 

Pertama, langkah perubahan perilaku masyarakat dengan program kegiatan edukasi elektronik Gizi'ku.

Program edukasi elektronik Gizi'ku merupakan cara melakukan kampanye atau penyuluhan Gizi'ku melalui alat transfer of aset Informasi merk ToA dengan jangkauan pendengaran mencapai minimal 5-10 km dari pusat pemutaran materi. Melalui program dan alat ini semua materi dipersiapkan secara online dan diputar sebanyak tiga (3) kali dalam sehari pada jam 08.00 pagi; 13.00 dan jam 15.00 sore dengan materi yang berbeda bersama satu  materi berupa lagu atau nyanyian edukasi Gizi'ku. 

Berikutnya, pojok literasi, program pojok literasi dikerjakan untuk meningkatkan minat baca dan rasa ingin tahu serta pengetahuan petugas kesehatan dan kader posyandu tentang aspek pangan, gizi, kesehatan keluarga beserta anggota keluarga berisiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita dan remaja putri. 

Kedua, kebun gizi atau dapur sehat. Tahapan ini dikerjakan untuk menjawab tantangan kemandirian pangan yang menjadi sumber masalah kecukupan masyarakat melalui program kegiatan kebun gizi atau dapur sehat. 

Adapun kebun gizi yang dikerjakan dengan pertimbangan luas lahan atau pemanfaatan lahan pekarangan yaitu ternak ikan dengan sistem tumpang sari tanaman sayuran (kangkung dan selada)

"Tujuan sederhana dari program kegiatan ini adalah  pertamamenjamin ketersediaan pangan sumber protein hewani dan nabati serta vitamin, mineral dan serat sayuran. Kedua, memotivasi dan menumbuhkan minat berkebun dan beternak ikan, ayam dengan lahan terbatas namun konsumsi pangan beragam bergizi terpenuhi untuk semua anggota keluarga,"ujarnya.

Ia mengungkapkan hasil pemantauan selama 15 hari pelaksanaan kegiatan diketahui bahwa  program edukasi elektronik Gizi'ku dan pojok literasi dapat diterima dengan baik. 

Hal ini ditandai dengan tingkat keaktifan masyarakat dalam diskusi di kelas parenting ibu balita dan ibu hamil. Serta tingginya jumlah kunjungan ke pojok literasi untuk membaca buku referensi yang tersedia disana. 

Kata dia, untuk program kegiatan kebun gizi terlihat adanya rasa ingin tahu dan minat dalam meniru pola pertanian sistem tumpang sari yang dikerjakan. 

Menurut masyarakat, metode ini lebih efisien karena mereka tidak membutuhkan banyak air dan tidak terlalu sibuk dalam melakukan penyiraman. Sehingga waktu penyiraman mereka bisa menggunakannya untuk aktivitas didalam rumah dan luar rumah keluarga.

"Program Rumah Komunikasi Stunting atau Rukom merupakan salah satu alternatif program intervensi sensitif dalam mendukung percepatan penurunan stunting di Kabupaten TTS,"ujarnya.

Ia menyarankan program Rukom Stunting dapat diadopsi - inovasi ke wilayah lain untuk ikut berkontribusi dalam rangka penurunan prevalensi stunting.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved