Universitas Nusa Nipa

Mahasiswa KKN UNIPA Desa Nangahale Ciptakan Makanan Bergizi Berbahan Lokal Atasi Stunting

Abon ikan merupakan produk makanan pendamping ASI (MPASI) yang dibuat dari bahan dasar ikan

Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/HO-HUMAS UNIPA
Kelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Nusa Nipa (UNIPA) berhasil menciptakan inovasi makanan bergizi tinggi berupa abon ikan yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan stunting pada bayi dan balita di desa Nangahale. Program inovatif ini dilaksanakan sebagai bagian dari pengabdian masyarakat yang berfokus pada peningkatan gizi dan kesehatan anak. 

Kegiatan produksi abon ikan dilakukan di Pusat Kegiatan Masyarakat (PKM) Desa Nangahale yang telah difasilitasi dengan peralatan pengolahan makanan sederhana. Sementara itu, kegiatan sosialisasi dan edukasi sudah dilakukan di Balai Desa Nangahale.

Melalui program ini, mahasiswa UNIPA berharap dapat membantu masyarakat Desa Nangahale untuk lebih mandiri secara pangan, serta meningkatkan kesadaran gizi keluarga guna mencegah stunting sejak usia dini. 

Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa pengabdian mahasiswa di desa bukan hanya sebatas tinggal bersama masyarakat, tetapi juga memberi manfaat langsung yang berkelanjutan.

Kegiatan ini dilaksanakan karena Desa Nangahale merupakan desa pesisir yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan, dengan hasil tangkapan laut seperti ikan tongkol yang melimpah setiap harinya.

Namun, potensi besar ini belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber pangan olahan bergizi. 

Berdasarkan data puskesmas setempat, terdapat 40 anak yang mengalami stunting di Desa Nangahale. Kondisi ini mencerminkan masih rendahnya asupan gizi, khususnya protein hewani, dalam pola makan sehari-hari. 

Oleh karena itu, mahasiswa UNIPA hadir melalui program pelatihan pembuatan abon ikan tongkol, sebagai upaya memberdayakan masyarakat dalam mengolah hasil laut menjadi makanan sehat, praktis, dan tahan lama. 

Selain ditujukan untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga, khususnya anak-anak, program ini juga diharapkan menjadi langkah nyata dalam membantu pemerintah desa menurunkan angka stunting.

Proses pembuatan abon ikan tongkol diawali dengan menyiapkan ikan tongkol segar yang telah dibersihkan. 

Ikan kemudian dikukus selama kurang lebih 30 menit hingga matang dan mudah disuwir. Setelah matang, daging ikan disuwir-suwir halus menggunakan tangan atau garpu, lalu disisihkan. 

Sementara itu, bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, lengkuas, daun salam, daun jeruk, gula, dan garam dihaluskan dan ditumis hingga harum. Setelah itu, suwiran ikan tongkol dimasukkan ke dalam wajan dan dicampur dengan bumbu yang telah ditumis. 

Campuran ini kemudian dimasak dengan api kecil sambil terus diaduk agar abon tidak gosong dan teksturnya menjadi kering dan berserat. 

Proses pengeringan ini memakan waktu sekitar 30–45 menit. Setelah kering dan matang sempurna, abon ikan tongkol didinginkan, kemudian bisa langsung dikemas dalam wadah kedap udara agar tahan lama. 

Abon ini bisa disimpan hingga beberapa minggu, dan sangat cocok digunakan sebagai lauk sehat kaya protein, terutama untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, termasuk anak-anak yang mengalami stunting. 

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved