Hari Kartiini

Miris!Hibahkan Tanah untuk Posyandu, Kader 34 Tahun di Sikka Tak Punya Rumah

Penulis: Egy Moa
Editor: Egy Moa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi rumah Yovita Mariati (54) Kader Posyandu Hoba di Kelurahan Nangalimang, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Senin 18 April 2022.

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE-Perayaan Hari Kartini ke-144 tanggal 21 April 2022 menjadi sangat istimewah bagi Yovita Mariati (54).

Tepat pada hari bersejarah ini, Kader Posyandu Hoba, Kelurahan Nangalimang, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Pulau Flores diundang Sekretariat Negara ke Istana Negara RI menerima anugerah penghargaan Perempuan Berjasa dan Berprestasi di bidang kesehatan  oleh Organisasi Aksi Soliaritas Era (OASE) Kabinet Indonesia. Penghargaan diserahkan oleh Ibu Negara Presiden RI.

Yovita telah mengabdi 34 tahun menjadi kader Posyandu sejak  tahun 1998. Setamat pendidikan SMAN 1 Maumere, Yovita yang  tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi terhambat ekonomi orangtua. Ayahnya petani dan ibunya, wanita rumah tangga menanggung beban tujuh anak.

Yovita memilih menjadi kader Posyandu. Sebulan sekali, ia bersama empat kader lainnya melayani penimbangan bayi dan balita. Lokasi penimbangan memanfaatkan rumah-rumah warga.

Baca juga: Yovita Mariati Tanpa Pamrih 34 Tahun untuk Bayi dan Balita

Ayah dan ibu, Marselinus Koken Kota dan Maria Agneta, tak bisa melarang anak keduanya itu menekuni pengabdian ini. Dukungan orangtua sangat besar menyerah sebidang lahan untuk didirikan bangunan Posyandu Hoba.

Pembangunan dengan swadaya masyarakat setempat.Tokoh masyarakat Sikka, Moat Manggela Keupung membantu seng dan semen.

“Tanah untuk bangunan Posyandu milik bapak saya dan sudah disertifikat. Karena pada waktu itu, kami pakai rumah-rumah warga untuk  penimbangan bayi dan balita,”kenang Yovita.

Di dalam bangunan yang kini telah menjadi bangunan permanen itu, sebulan sekali Yovita bersama para kader melakukan penimbangan bayi dan balita. Ia menjadi kader tertua dan terlama dari semua kader lainnya di Posyandu.

Baca juga: Yovita Menangis Dikabari Terima Penghargaan Ibu Negara

Ibu empat anak dan empat cucu ini bertekad mengabdi di Posyandu hingga fisik tak mampu digerakan. Tapi,ketentuan membatasi pengabdian sampai usia 60 tahun.

“Saya sebenarnya mau jadi kader sampai saya tidak bisa jalan lagi. Tapi aturan membatasi sampai usia 60 tahun saja. Pada waktunya, saya harus istrirahat,” ujar Yovita.

Pengabdian Yovita untuk tumbuh kembang bayi dan balita sangat besar manfaatnya. Namun tengoklah kehidupan rumah tangga ibu empat anak ini.

Semenjak kepergian suami Vinsensius Yulianus, berprofesi sopir pada  25 Agustus 1999, Yovita menjadi tulang punggung utama bagi anak-anaknya. Ketika itu anak sulung duduk di bangku kelas V SD dan anak bungsu usia 11 bulan. Anak ketiga yang masih kelas kelas II SD akhirnya dititipkan di Panti Asuhan SOS Waturia.

Baca juga: Jalan Rusak, Kades di Sikka Akui Warga Sering Gotong Jenazah hingga 7 KM

Yovita menekuni usaha tenun ikat menopang asap dapur rumah tangganya. Ketrampilan ini turun-temurun dari mamanya di Kampung Baluele, Kecamatan Nelle. Sebulan sekali, ia bisa menghasilkan dua lembar tenun untuk dijual. Harga kain tenun itu tergantung kualitas tenunan.

“Saya jual sarung. Tapi kalau ada yang minta pacul kebun, bersihkan kebun saya kerja apa saja asal halal dan menghasilkan uang,” katanya.

Uang yang didapatnya tak cukup untuk makan dan minum. Sandarannya menenun ikat tenun. Bergabung dalam Sanggar Nona Daruk di Kampung Hoba, 10  anggota sanggar membuat tenunan menggunakan bahan alam dan pewarna alam. Ketika ada kunjungan tamu, mereka melakukan demo tenun ikat dan menjual hasil tenunan.

Halaman
12