Trewa sendiri diketahui sebagai mengenang bagian sejarah saat-saat ditangkap dan diaraknya Yesus sebelum kemudian disalib. Rabu Trewa menjadi awal kisah sengsara Yesus.
" Rabu Trawe itu sebenarnya hari terakhir kita beraktivitas, Jadi umat akan membunyikan seng-seng, setelah itu suasananya akan sunyi dan tidak ada lagi bunyi- bunyian dan siap menghadapi kedukaan Tuhan Yesus," katanya.
Dikatakannya, Anak-anak muda yang sudah berkumpul di depan pintu gerbang kapela langsung menyeret-nyeret lembaran seng bermacam ukuran yang sudah mereka siapkan dari rumah ke aspal di sepanjang jalan depan kapela. Mereka bolak-balik berlarian membuat kegaduhan sambil berteriak "Trewa...Trewa...."
" Setelah bunyia-bunyian itu, Semua umat kembali beraktivitas dalam suasana hening dan suasana duka untuk memperingati Tuhan Yesus Wafat," Ujarnya
Suasana hening dan duka akan berlangsung hingga malam paskah,Sabtu 8 April 2023 saat lonceng Gereja dibunyikan.
"Tidak ada lagi bunyi musik dan lain-lain, nanti pada saat malam Paskah baru lonceng Gereja berbunyi sebagai tanda Tuhan Yesus sudah bangkit " ujarnya
Tini, Warga Kelurahan Larantuka mengatakan makna dari Rabu Trewa merupakan mengingat kisah sengsara Yesus.
"Tidak ada yang ribut-ribut, suasana hening hingga malam paskah, " katanya
Menurutnya, Makna dari bunyia-bunyian dari seng yang diseret ke aspal merupakan tanda hari terakhir umat beraktivitas.
Dan setelah bunyia-bunyian tersebut warga akan kembali beraktivitas dalam suasana hening dan duka.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News