Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dionisius Rebon
TRIBUNFLORES.COM, KEFAMENANU - Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Timor Tengah Utara, Trimeldus Tonbesi menyebut, hingga saat ini pihaknya belum mengirimkan sampel ternak babi mati diduga tertular African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika untuk dilakukan pemeriksaan di Laboratorium.
"Tahun 2024 belum ada sampel yang kita kirim (untuk diuji di Laboratorium)," saat diwawancarai POS-KUPANG.COM, Kamis, 30 Mei 2024.
Pada tahun 2021 lalu, Dinas Peternakan Kabupaten TTU mengirimkan beberapa sampel untuk dilakukan uji di laboratorium.
Sampel tersebut merupakan sampel ternak babi mati dari Desa Kaubele dan dinyatakan positif ASF.
Baca juga: Satgas Yonif 742/SWY dan Mahasiswa Undana Patroli di Patok Batas Negara Indonesia-Timor Leste
Trimeldus mengakui bahwa, petugas Dinas Peternakan Kabupaten TTU di lapangan juga terus didorong untuk mendata jumlah ternak babi milik warga yang mati.
"Kita dorong untuk mereka mendata terus jumlah babi yang mati, kemudian yang terkena gejala itu mereka terus mendata, dan kami berusaha untuk kita himpun," ujarnya.
Selain itu, Dinas Peternakan Kabupaten TTU juga mendorong peternakan melalui petugas di kecamatan melakukan penyemprotan disinfektan di kandang para peternak.
Petugas juga, kata Trimeldus, terus melakukan sosialisasi perihal langkah-langkah pencegahan terhadap penyebaran virus ASF di Kabupaten TTU.
Terus melakukan sosialisasi untuk tidak membuang secara sembarangan ternak babi yang mati tetapi dikubur," ujarnya.
Peternak babi juga diimbau untuk menjaga Biosekuriti dan menjaga kebersihan di sekitar kandang babi.
Sebelumnya, seorang Warga Desa Oeolo, Kecamatan Musi, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi NTT bernama Margareta Anunut menyebut sebanyak 29 ekor ternak babi miliknya mati. Kematian babi dalam jumlah fantastis ini diduga disebabkan oleh African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika.
Ia menuturkan, ternak babi miliknya tersebut diduga diserang ASF. Fenomena kematian babi miliknya ini terjadi sejak Bulan April 2024 lalu.
"Dalam waktu dua bulan ini saya punya babi 29 ekor sudah mati," ujarnya kepada POS-KUPANG.COM, Minggu, 19 Mei 2024 lalu.
Margareta mengaku mengalami kerugian yang luar biasa akibat kasus kematian ternak babi yang dialaminya. Kerugian diperkirakan mencapai 100.000.000.
Sebanyak 13 ekor ternak babi berukuran besar dengan taksasi harga mencapai Rp. 5.000.000 mati dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Selain itu, sebanyak 16 ekor ternak babi dengan taksasi harga Rp. 1. 500.000 juga mati mendadak setelah nafsu makan menurun.
Sebagai seorang peternak babi, kata Margareta, dirinya baru pertama kali mengalami musibah kematian ternak babi dalam jumlah fantastis pada tahun 2024 ini.
Sementara itu, Kabid Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan Kabupaten TTU, drh Stefanus Tenis mengatakan, Dinas Peternakan Kabupaten TTU saat ini sudah menyediakan stok disinfektan untuk mencegah virus ASF.
Perihal penyaluran disinfektan dari Disnak TTU, lanjutnya, Disnak sudah menginformasikan hal ini kepada kepala resort peternakan di tingkat kecamatan agar mereka bisa mengambil disinfektan yang disiapkan Disnak TTU untuk didistribusikan kepada peternak babi.
Baca juga: ASF Ancam Populasi Babi, Pemda Flores Timur Diminta Proaktit, Tak Sekadar Imbau
Dalam upaya menindaklanjuti hal ini, Sekretaris Daerah TTU telah mengeluarkan surat imbauan agar camat, pemerintah desa desa dan peternak waspada serta antisipasi terhadap penyakit ASF.
Menurutnya, menjadi momok bagi Dinas Peternakan TTU. Pasalnya belum ditemukan vaksin dan obat untuk mengatasi penyakit yang menyerang ternak babi ini. Oleh karena itu, penerapan biosekuriti bisa dilakukan oleh peternak untuk mencegah penularan Virus ASF ini.
Selain itu, Kepala Resort peternakan di lapangan bisa memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Hal ini dimaksudkan agar peternak mengetahui KIE tersebut.
Ia juga mengimbau agar para peternak babi mesti menjaga Biosekuriti dimana peternak mesti menjaga agar lingkungan dan ternak babi miliknya tidak dikunjungi oleh pihak dari luar.
Apabila ditemukan kasus kematian ternak babi lagi maka, Veterainer TTU akan mengambil sampel pada babi yang mati untuk dikirim ke Veterainer Laboratorium Denpasar melalui UPTD Laboratorium di Kupang. (*)
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News