Liputan Khusus Pos Kupang

Kisah Perawat Rumah Sakit Jiwa Naimata Kupang NTT, Pernah Ditendang Pasien

Penulis: Gordy
Editor: Gordy Donovan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RSJ NAIMATA - Bangunan Gedung RSJ Naimata Kupang, yang beralamt di Kelurahan Naimata, Kota Kupang, Provinsi NTT, September 2024.

"Kami tidak hanya merawat secara medis, tetapi juga melalui pendekatan emosional, seperti bercerita dan kreativitas perawatan lainnya,"ungkap Kresensia Dominika, Perawat RSJ Naimata Kupang.

TRIBUNFLORES.COM, KUPANG - Saat ini banyak anak usia sekolah yang alami gangguan jiwa dan dirawat di RSJ Naimata, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pasien gangguan jiwa terkadang datang dalam kondisi yang tenang dan ada juga yang beringas.

Kresensia Dominika, seorang perawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Naimata Kupang mengungkapkan pengalaman suka dan duka selama bekerja merawat pasien dengan gangguan kejiwaan di RSJ Kupang. 

“Saya pernah mendapat tindak kekerasan dan dilecehkan pasiennya,” ujar Kresensia yang ditemui Pos Kupang, Kamis (26/9).

Baca juga: ASN di Kupang Mabuk Miras, Aniaya Istri hingga Tewas, Polisi: Jiwa Tempramental, Sering Marah-marah

 

Kresensia atau akrab disapa perawat Esen merasa senang dan mendapatkan kepuasan tersendiri, terutama karena mendapat kesempatan untuk memberikan perawatan khusus kepada pasien-pasien yang membutuhkan perhatian ekstra.

"Kami tidak hanya merawat secara medis, tetapi juga melalui pendekatan emosional, seperti bercerita dan kreativitas perawatan lainnya," ungkap Kresensia.

Menurutnya, merawat pasien di RSJ tidak hanya memberikan tantangan, tetapi juga inspirasi. Pasien yang dirawat sering kali masih bisa berkomunikasi seperti orang normal, memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi perawat.

Namun lanjut Kresensia, tantangan muncul ketika ada pasien yang tiba-tiba gelisah atau tersinggung yang bisa memicu pasien lain ikut merasakan kegelisahan.

"Kami kadang kerepotan menghadapi pasien yang tiba-tiba gelisah, apalagi sebagian besar perawat di sini adalah perempuan," tambahnya.

Dalam kondisi seperti itu, lanjut Esen, beberapa pasien yang sudah tenang sering kali ikut membantu perawat dalam menenangkan pasien lain yang sedang mengalami kegelisahan.

Meskipun demikian, kata Esen tantangan yang lebih berat adalah menghadapi perilaku pasien yang sering kali tidak terduga, baik dalam bentuk ucapan kasar maupun tindakan fisik.

"Sebagai perawat, kami selalu menanamkan dalam diri bahwa mereka sedang sakit, sehingga meskipun dimaki atau mengalami tindakan fisik, kami tetap merespons dengan sabar," kata Esen.

Namun, tidak semua tantangan bisa dihadapi dengan tenang. Kresensia juga pernah mengalami pengalaman kurang menyenangkan ketika dilecehkan oleh salah satu pasien yang memegang bagian tubuhnya secara tidak pantas saat sedang memeriksa tekanan darah.

Halaman
1234