STIKES St Elisabeth Keuskupan Maumere

Kisah Wisudawan Terbaik Stikes St Elisabeth Maumere, Kerja Paruh Waktu Demi Lanjut Kuliah

Ayuni sapaan karibnya, ia berasal dari Desa Baumekot, Kecamatan Iwopoa, Kabupaten Sikka. Ia menempuh pendidikan

Penulis: Cristin Adal | Editor: Nofri Fuka
Tribunnews.com/Cristin Adal
SOSOK - Maria Susan Ayufrida, alumni Stikes Santa Elisabeth Keuskupan Maumere, yang diwisudakan pada Sabtu, 22 November 2025 lalu di kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia menjadi wisudawan terbaik kedua. 

Ringkasan Berita:
  • Salah satu wisudawan terbaik Stikes St Elisabeth Maumere, Maria Susan Ayufrida kisahkan perjuangannya selama berkuliah
  • Ia harus bekerja paruh Waktu demi melanjutkan perkuliahannya hingga selesai
  • Maria berencana mengikuti program LPK Musubu yang bekerja sama dengan Stikes

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Menyelesaikan pendidikan tinggi tidak selalu berjalan mulus, terutama saat kondisi ekonomi keluarga menantang. 

Hal itu dialami Maria Susan Ayufrida, alumni Stikes Santa Elisabeth Keuskupan Maumere, yang diwisudakan pada Sabtu, 22 November 2025 lalu di kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).  Ia menjadi wisudawan terbaik kedua dengan IPK 3,83.

Ayuni sapaan karibnya, ia berasal dari Desa Baumekot, Kecamatan Iwopoa, Kabupaten Sikka. Ia menempuh pendidikan Diploma 3 Keperawatan selama tiga tahun di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Santa Elisabeth Keuskupan Maumere. 

"Saya lulusan Stikes Santa Elisabeth Maumere. Baru kemarin diwisudakan pada tanggal 22 November 2025," kata Ayuni, Senin (24/11/2025).

 

Baca juga: Ketua DPRD Sikka: Wisuda STIKes St. Elisabeth Harus Jadi Momentum Perangi Krisis Nakes

 

 

Di tengah kesibukan kuliah, Ayuni harus bekerja paruh waktu untuk membantu perekonomian keluarga sekaligus membiayai pendidikannya. 

Kesulitan ekonomi muncul ketika kondisi kesehatan ibunya menurun, sehingga sang ibu yang sebelumnya bekerja sebagai penjahit tidak lagi dapat menopang keluarga. Ayahnya bekerja sebagai tukang bangunan.

“Karena mama sakit dan pendapatan keluarga berkurang, saya harus mencari jalan supaya tetap bisa melanjutkan kuliah,” ujar Ayuni.

Dia mengambil keputusan besar saat memasuki tahun ketiga kuliah, ia bekerja di sebuah rumah makan karena kesulitan ekonomi keluarga untuk membiyayi pendidikannya.

"Selama kuliah, tepatnya ketika saya naik ke tingkat III, saya memutuskan untuk bekerja di Angkringan Lestari Maumere. Saya mengambil keputusan tersebut karena situasi ekonomi keluarga yang sedang sulit dan adanya beberapa tantangan yang berdampak pada keuangan keluarga,"ungkap alumni Stikes St Elisabeth Keuskupan Maumere itu..

Sejak November 2024,  Ayuni bekerja di rumah makan Angkring Lestari, sebagai pelayan dan kadang membantu kasir. Awalnya ia tinggal di kos, tetapi pemilik angkringan menyediakan tempat tinggal bagi pegawai, sehingga Maria memutuskan untuk tinggal di MES Kota Uneng.

"Awalnya saya sempat tinggal di kos. Namun karena pemilik Angkring Lestari menyediakan tempat tinggal untuk pegawai, saya memutuskan untuk tinggal di sana, di MES Kota Uneng,"kata Ayuni.

Meski hanya menerima gaji Rp 500.000 per bulan, Maria merasa sangat terbantu karena kebutuhan makan dan tempat tinggal sudah termasuk. Jam kerjanya fleksibel, dari pukul 17.00 hingga 22.00, dengan toleransi dari pemilik agar ia tetap bisa kuliah.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved