Berita NTT
Minat Anak Muda Tinggi, Tapi Akses Green Jobs di NTT Masih Minim
Antusiasme anak muda Nusa Tenggara Timur (NTT) terhadap pekerjaan hijau ternyata jauh melampaui tersedianya peluang kerja di lapangan.
Kegelisahan yang sama disampaikan Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknik UNDANA, Dr. Ir. Erich Umbu K. Maliwemu.
Ia mengatakan NTT seharusnya dapat menjadi pusat energi surya dan studi lahan kering Indonesia.
Beragam inovasi telah lahir dari kampus, mulai dari teknologi desalinasi, pompa hidram, hingga pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar.
Meski begitu, ketersediaan tenaga kerja ahli masih rendah.
“Universitas di NTT perlu membuka program studi yang relevan seperti teknik geologi. Ketika bauran energi terbarukan meningkat, tenaga kerja lokal harus menjadi yang pertama terserap,” ujar Kepala Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan Bapperida NTT, Yohanes Paut.
Di luar institusi, anak muda di pelosok NTT sebenarnya menunjukkan inisiatif keberlanjutan yang kuat.
Namun menurut Dewan Pengawas Koalisi Kelompok Orang Muda untuk Perubahan Iklim (KOPI), Yurgen Nubatonis, hambatan terbesar mereka adalah minimnya akses informasi, pelatihan, dan peluang green jobs.
Ia mencontohkan komunitas anak muda di Colol, Manggarai Timur, yang mengembangkan kopi secara berkelanjutan tanpa merusak ekosistem.
“Banyak anak muda punya ide cemerlang. Tapi mereka tidak punya back up atau program yang mendukung mereka masuk ke green jobs,” ungkap Yurgen.
Tingginya minat generasi muda NTT jelas menjadi modal besar. Namun tanpa akses pelatihan, dukungan kebijakan, dan ekosistem yang memadai, energi tersebut berpotensi terbuang percuma.
Program Youth Leaders Green Jobs memberi harapan baru, tetapi tantangan lebih besar masih menunggu bagaimana memastikan peluang green jobs tidak hanya menjadi wacana, melainkan benar-benar menjadi pintu masa depan bagi anak muda di NTT. (Iar)
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/GREEN-JOB.jpg)