Berita Ende

Tak Pupus Asaku oleh Arus Sungai, Kisah Anak Pedalaman Ende Bertaruh Nyawa demi Cita-cita

Beruntung, di sepanjang bantaran Sungai Lowolaka, banyak permukiman warga, sehingga warga yang terseret biasanya cepat tertolong.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/ORIS GOTI
GENDONG - Warga, guru dan pelajar saat melintas sungai Lowolaka di Desa Fataatu Timur, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Sementara itu dalam kehidupan iman, Fataatu Timur masuk dalam wilayah Paroki Persiapan Santo Mateus, Lowumbangga. Wilayah paroki ini mencakup juga Desa Aendoko dan sebagian Desa Woloau.

Kendati merupakan bagian dari Fataatu Timur, Lowumbangga, lebih dikenal, karena Lowumbangga merupakan pusat fasilitas dan aktivitas publik, budaya dan aktivitas keagamaan.

Persoalan serius yang ditengah dihadapi warga Fatuata Timur dan Aendoko adalah tidak adanya akses jembatan di Sungai Lowolaka.

Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi, sosial, kesehatan,
pendidikan, aktivitas keagamaan dan iman umat, terhambat.

Baca juga: Kakak dan Adik di Matim, Penderita ODGJ dan Stroke Tinggal di Gubuk Reot Tanpa Listrik dan MCK

Warga sudah bertahun - tahun rindu ada jembatan di Sungai Lowolaka. Namun, kerinduan dan kebutuhan warga yang diusulkan oleh Pemerintah Desa sampai ke Tingkat Pemerintah Kabupaten Ende, sampai ini saat belum jua terjawab.

Kepala Desa dan warga pun berinisiatif membuat video yang berisi anak - anak sekolah berbicara minta Presiden Jokowi bangun jembatan di Sungai Lowolaka. Video itu kini viral di media sosial.

Anak - anak Paud, pelajar SD hingga SMP memang harus bertaruh nyawa melintasi sungai Lowolaka untuk bisa belajat di sekolah.

Sungai Lowolaka menjadi satu - satunya akses menantang untuk mobilitas warga, kendaraan dan ternak.

Arus sungai Lowolaka susah diprediksi, kadang tenang tetapi bisa tiba - tiba menjadi sangat deras. Ketinggian air pun berubah - ubah, bergantung pada curah hujan.

Anak - anak biasa berangkat dari rumah mengenakan pakaian biasa. Setelah sampai di seberang, barulah mereka ganti pakaian biasa dengan seragam sekolah.

Kejadian arus sungai menyeret anak - anak, warga atau kendaraan sudah kerap terjadi. Ini biasa terjadi saat hujan di hulu. Arus sungai berubah menjadi deras sementara mereka belum mencapai tepi sungai.

Beruntung, di sepanjang bantaran Sungai Lowolaka, banyak permukiman warga, sehingga warga yang terseret biasanya cepat tertolong.

Baca juga: Kantor Imigrasi Maumere Monitoring di KSOP Ende

RD. Engki Sama, Pastor Paroki Persiapan Santo Mateus Lowumbangga, prihatin dengan situasi yang dihadapi anak - anak sekolah dan warga.

Dia sendiri mengalami bagaimana harus melintasi Sungai Lowolaka untuk memberi pelayanan kepada umat. Namun sebagai gembala umat RD. Engki dia tidak putus asa. Dia tetap semangat melayani.

Dia juga berharap agar pemerintah Kabupaten Ende, membangun jembatan. Menurutnya, pembagunan di Kabupaten Ende harus merata sehingga masyarakat bisa memperoleh akses pendidikan, infrastruktur, kesehatan dengan lebih baik.

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved