Berita Ende

Tak Pupus Asaku oleh Arus Sungai, Kisah Anak Pedalaman Ende Bertaruh Nyawa demi Cita-cita

Beruntung, di sepanjang bantaran Sungai Lowolaka, banyak permukiman warga, sehingga warga yang terseret biasanya cepat tertolong.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/ORIS GOTI
GENDONG - Warga, guru dan pelajar saat melintas sungai Lowolaka di Desa Fataatu Timur, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Dalam situasi serba terbatas, anak - anak sekolah tak surut semangatnya untuk bersekolah. Coba tanya saja, apa cita - cita meraka? Jawabannya beragam. Meraka ingin jadi Guru, Polisi, Tentara, Kepala Desa, Dokter, Perawat, Bidan, Sopir, dan lain - lain.

Demikian sepenggal cerita anak - anak SDI Niosanggo di Desa Fataatu Timur, Kecamatan Wewaria Kabupaten, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang direkam oleh TRIBUNFLORES.COM, pekan lalu, di penghujung Februari 2022.

Desa Fataatu Timur berada di wilayah utara Kabupaten Ende. Desa ini terdiri dari tiga dusun yakni dusun Waturia, Detudena dan Wolowuwu.

Perjalanan ke Desa Fatuata Timur dari Kota Ende bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Waktu tempuhnya kurang lebih 2 jam.

Baca juga: Cerita Pastor di Pedalaman Ende, Lihat Siswa Bertaruh Nyawa Melintas Sungai Lowolaka

Ruas jalan paling menantang yang harus dilalui yakni dari desa Ekolea dan Fataatu. Ruas jalan Kabupaten sepanjang 6 Kilometer ini sempit, licin dan berbatu.

Wilayah Desa Fatuata Timur terbelah oleh aliran Sungai Lowolaka. Dusun Waturia di Selatan, Detudena dan Wolowuwu di utara.

LINTAS SUNGAI - Pelajar SD saat melintas sungai Lowolaka di Desa Fataatu Timur, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Februari 2022.
LINTAS SUNGAI - Pelajar SD saat melintas sungai Lowolaka di Desa Fataatu Timur, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Februari 2022. (TRIBUNFLORES.COM/ORIS GOTI)

Sungai ini juga memisahkan Detudena dan Wolowuwu dengan Desa tetangga yakni Aendoko.

Nama sungai Lowolaka, berasal dari kata Lowo artinya sungai dan Laka artinya membantu.

Warga setempat mengartikan Sungai Lowolaka sebagai sungai yang hadir untuk membantu warga.

Di Sungai Lowolaka ini, warga bisa mendapatkan kepiting, ikan, belut dan undang untuk kebutuhan lauk dan asupan gizi.

Namun, Sungai Lowolaka juga meninggalkan trauma mendalam bagi warga.

Pasalnya pada 1999 silam, Sungai Lowolaka pernah meluap dan merusak rumah warga. Sehingga pada 2013 - 2015 mulai dilakukan normalisasi sungai. Normalisasi tak cukup berhasil. Kini saat banjir, air meluap melewati tanggul penahan.

Baca juga: BREAKING NEWS : Aliansi Masyarakat Bersih Ende Demonstrasi, Pertanyakan Keabsahan Wakil Bupati Ende

Desa Fataatu Timur, dihuni oleh 247 Kepala Keluarga (KK) dan 1.118 jiwa. Meraka bertahan hidup dengan bertani dan beternak.

Komoditas pertanian yang warga dihasilkan, antara lain, beras, sayuran, pisang kelapa, jambu mete, kakao. Sementara itu komoditas peternakan antara lain, sapi, ayam dan kambing.

Dalam tatanan adat, warga Fataatu Timur, sebagian besar merupakan warga kampung Lowumbangga. Kampung ini berada di sebelah utara Sungai Lowolaka.

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved