Aksi Tak Senonoh di Manggarai
Update Kasus Tak Senonoh Bocah 6 Tahun di Manggarai, Ini Kata Polisi
"Yang pasti sekarang masih proses pengumpulan bukti-bukti supaya menjadi terang tindak pidana yang dilaporkan,"ungkapnya.
Jefrin menilai pendekatan kita lakukan selama ini masih pada tataran artifisial, tidak menyentuh soal dan cenderung elitis.
"Secara konseptual mungkin pemerintah punya, tapi kita lemah dieksekusi. Kita gagal menerjemahkan soal, kalau mau dikatakan sebenarnya kita tidak tahu soal,"ujar dia.
Sementara terkait kasus yang terjadi di Rahong Utara Jefrin ingatkan agar fokus pada korban dahulu. Jangan sampai karena fokus mengurus pelaku dan mengabaikan korban.
"Ingat dihukum matipun pelakunya tidak akan bisa menyembuhkan korban. Dampingan psikolog untuk anak menjadi keharusan. Reaksi dan treatment yang salah pada korban akan justru memperparah kondisi psikologisnya,"imbuhnya.
Pemerintah diharapkan segera menyadari bahwa kondisi ini sudah darurat dan tidak bisa dengan langkah biasa-biasa saja, harus dengan pendekatan ektraordinari.
Bila perlu pemerintah membentuk satgas khusus soal ini dan libatkan banyak pihak dan ahli yang mumpuni.
Digagahi Tetangga
Sebelumnya, nasib naas menimpa seorang bocah 6 tahun di Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai, Nusa tenggara Timur.
Mawar (bukan nama sebenarnya) diduga menjadi korban aksi tak senonoh oleh HL (22) yang merupakan tetangganya sendiri.
Baca juga: Pesona Bukit Batu Purba di Kojadoi Sikka, Tawarkan Keindahan Alam yang Unik dan Menarik
Ayah korban, MS (46) menyebutkan awalnya, pada tanggal 16 Februari 2022 korban sakit demam, batuk dan panas. Lalu pada 17 Februari orang tua korban berniat untuk melakukan pengobatan tradisional, namun saat membuka celana dalam korban, orang tua Korban melihat ada pendarahan pada bagian sensitif.
Orang tua korban sangat kaget dan langsung membawa ke Puskesmas terdekat untuk melakukan pemeriksaan, namun sampai di Puskesmas kepala Pustu tidak ada ditempat,petugas medis hanya memberikan sirup dan menyarankan untuk periksa di dokter anak di Ruteng.
Namum karena tidak memiliki cukup uang, orang tua korban tidak langsung membawa korban untuk melakukan pemeriksaan di Ruteng.
Ia menjelaskan berselang satu Minggu kemudian berbekal mendapatkan uang PKH, ayah korban meminta istrinya untuk meminta surat rujukan pada Puskesmas setempat.
Saat petugas medis periksa, korban menangis dan tenaga medis melihat ada pendarahan bagian sensitif korban.
Berdasarkan pemeriksaan petugas medis pendarahan pada bagian sensitif korban, bukan disebabkan benda tajam tapi karena sudah di sentuh oleh seseorang yang diduga laki-laki. Mendengar penjelasan pihak medis, ibu korban langsung pingsan.