Tradisi Ule Nale
Mengenal Tradisi Ule Nale, Kearifal Lokal yang Masih Dilestarikan di Sikka
Suasana sangat gelap. Hanya beberapa obor dan ratusan lebih senter nyala diberbagai sudut.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Suasana di Pantai Selatan Desa Sikka Kecamatan Lela Kabupaten Sikka Flores, Nusa Tenggara Timur cukup ramai, Rabu 23 Maret 2022 sekitar pukul 20.30 Wita.
Sekitar ratusan lebih warga memadati kawasan Pantai Desa Sikka. Anak kecil hingga orang tua tumpah rua disana.
Suasana sangat gelap. Hanya beberapa obor dan ratusan lebih senter nyala diberbagai sudut.
Baca juga: BMKG Beberkan Peta Bahaya Tsunami dari Labuan Bajo Hingga Larantuka
Suara ombak begitu kencang. Laki-laki dan kaum perempuan berjubel di pantai itu.
Ada yang berjalan kiri -kanan, ada yang menunduk adapulah yang duduk berkumpul pada suatu titik.
Itulah gambaran saat warga setempat mencari Ule Nale atau cacing laut untuk dikonsumsi.
Mencari Ule Nale sudah menjadi tradisi leluhur yang sudah diwariskan sejak dulu kala.
Ule Nale menjadi kearifan lokal warga setempat. Unik memang, karena hanya di Kabupaten Sikka yang memiliki tradisi seperti ini.
Mencari Ule Nale merupakan tradisi wajib dilakukan setiap tahun.
Ule Nale muncul pada Jumat ke tiga masa Pra paskah.
Baca juga: Pamit ke Sawah, Petani di Kabupaten Mabar Ditemukan Meninggal
Untuk menangkap Ule Nale, harus menggunakan tangan kosong, dan itu pun harus dilakukan secara perlahan dan berhati-hati, jika Ule Nale akan hancur.
Ule Nale pun muncul memilik tanda-tanda khusus seperti mencium bau yang cukup amis.
Jika ada muncul tanda seperti itu, warga sudah mengetahui bahwa sudah saatnya mencari Ule Nale di Pantai.
Warga Desa Sikka, Hildegunda Alfrida (36) menyebutkan dirinya hampir setiap tahun ikut mencari Ule Nale.
"Biasanya saat Minggu ketiga Jalan Salib, itu sudah pasti, ada bau amis, terus bulan mulai gelap, ada gerimis sedikit, berarti kami sudah tau itu adalah musim Ule Nale sudah ada, kami pergi sudah cari,"ujar Hildegunda saat dijumpai TRIBUNFLORES.COM Rabu malam.

Saat itu Hildegunda tampak membawa sebuah obor berukuran besar sebagai penerang saat mencari Ule Nale.
Ule Nale bisa didapatkan dibatu-batu pinggir pantai dan karang-karang dan gampang didapatkan jika populasinya banyak.
Baca juga: Mgr.Edwaldus Martinus Sedu; Sinode Bahas Masalah Kita dan Diri kita
Ia menerangkan Wilda juga menjelaskan, ada dua jenis Ule Nale yang muncul di pantai Sikka.
Pertama, yang berukuran kecil, dan kedua berukruan besar. Dari segi warna pun, ada dua jenis, yang satu berwarna merah, dan hijau.
"Yang ukuran kecil itu biasanya muncul hari pertama kedua, hari ketiga itu biasanya muncul yang besar. Kami sudah rasakan makan Ule Nale, enak sekali, memiliki kekhasan tersendiri,"ujarnya.
Ia menerangkan dirinya dua malam berturut-turut datang ke Pantai namun hasilnya sedikit karena memang banyak juga warga yang mencari Ule Nale.
"Kalau dulu itu banyak sekali, karena sekarang sudah banyak orang dan juga ribut mungkin Ule Nale hilang, juga kalau dulu itu kami pakai obor saja, tetapi sekarang sudah maju jadi pakai senter dan juga ada senter dari Hand Phone,"ujarnya.
Iaa menerangkan setelah mendapatkan Ule Nale, ditaru pada wadah yang disiapkan. Sampai dirumah tidak boleh dicuci, jika dicuci Ule Nale akan hancur.
Warga lainnya, Sentis (15) mengatakan dirinya semangat ikut mencari Ule Nale. Orangtuanya sudah mengajarkan dia untuk menangkap Ule Nale.
Baca juga: Polemik Festival Semana Santa, Bupati Flores Timur Surati Kementerian Pariwisata
Sentis bersama teman-teman seusianya larut dalam kebersamaan mencari Ule Nale. Jika Ule Nale tidak dapat, mereka juga menangkap ikan-ikan Kawa untuk dimakan.
"Kami pakai senter handphone saja, obor malas bawa karena panas, kami baru dapat dua Ule Nale, kalau Ule Nale tidak dapat kami tangkap ikan kecil, kami disini biasa sebut ikan Kawa,"ujarnya.
Sentis mengatakan tradisi Ule Nale sudah ia ketahui sejak usia 7 tahun. Orangtuanya setiap tahun pasti pergi ke Pantai saat musim Ule Nale tiba.
"Kami tahu karena mereka bapak dan mama sering bawa kami datang cari Ule Nale, sangat ramai sekali kalau pas musim begini, padahal gelap tapi kami semangat,"ujarnya.
Miliki Pantangan
Dibalik tradisi budaya yang unik ini, ternyata memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggar.
Jika dilanggar maka, Ule Nale tidak akan dapat sama sekali. Ini tentu sangat merugikan diri sendiri maupun orang lain yang sudah rela datang jauh-jauh untuk mencari Ule Nale.
Toko masyarakat Desa Sikka, Gregorius Tamela (74) menyebutkan ada dua pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh orang Desa Sikka atau siapapun yang datang.
Pertama, seorang perempuan yang sedang mengandung dan suaminya tidak boleh pergi mencari Ule Nale.
• Karutan Maumere Bersama Staf Donor Darah di PMI Sikka
Kedua adalah, air jeruk. Air jeruk tidak boleh disiram atau dibuang ke pinggir pantai saat musim Ule Nale.
Kata, jika itu dilanggar maka upaya untuk mendapatkan Ule Nale akan sia-sia, atau percuma.
Pria yang akrab disapa Goris ini menyebutkan sudah 40 an tahun dirinya berdiam dikampung halamannya, hampir tidak ada orang yang melanggar pantangan tersebut.
Kata Goris karena itu adalah tradisi yang sudah dahulu kala, maka semua orang sudah mengetahui bahwa melanggar pantangan ada hal yang tidak boleh dilakukan.
"Tidak boleh langgar dua pantangan itu tadi, kalau melanggar, Ule Nale hilang, biar kita cari sampai dimanapun, Ule Nale tidak akan ada disitu, syukur sampai sekarang tidak ada yang melanggar patangan terkait Ule Nale,"ujarnya.
Ia menyebutkan sejak dulu kala warga di Desa Sikka tetap melestarikan budaya Ule Nale.
"Jadi tradisi ini sudah turun temuru, dari Leluhur orang Sikka sampai dengan sekarang. Itu yang saya alami sejak saya masih kecil tradisi ini sudah ada hingga saat ini,"ujarnya.
Ia menerangkan Ule Nale ini sejenis Cacing laut yang hanya dalam satu tahun muncul satu kali. Ule Nale ini sangat sensitif sekali. Jika ambil Ule Nale dengan kasar, maka akan hilang atau hancur.
"Kalau kita kasar sedikit saat ambil Ule Nale itu akan cair semuanya akhirnya tangan kosong tidak dapat apa-apa. Walaupun cairannya agak kental. Tubuh Ule Nale ini orang Sikka bilang mungkin telur-telur yang melekat dibadannya. Sehingga hati-hati kita ambil dia dan disimpan wadah yang telah disiapkan. Ule Nale ini adalah jenis Biota laut yang menjadi makanan bagi orang Sikka sejak dahulu kala sampai sekarang. Ini menjadi suatu kerinduan orang Sikka, karena dia akan muncul satu atau dua malam saja,"ujarnya.
Baca juga: Pemda Flores Timur Terima Piagam Penghargaan dari Menteri Hukum dan HAM
Ia menerangkan orang Sikka tidak akan puas jika saat musim Ule Nale tidak pergi ke Pantai untuk menangkap Ule Nale. Rasa-rasanya ada yang kurang karena sudah menjadi kebiasaan yang terus menerus dilakukan.
Ia menjelaskan Ule Nale muncul disaat minggu ke tiga masa Pra Paskah atau Jumat ketiga umat Katolik melaksanakan Jalan Salib.
"Perhitungan orang Sikka itu, mereka memperhitungkan Ule Nale akan muncul, pada saat masa pra Paskah dan pada acara jalan Salib Jumat ketiga. Bisa bertepatan pada hari Jumat itu, kalau to dia agak terlambat, itu biasanya hanya dua tiga hari setelah Jalan Salib itu dan itu tidak akan lewat dari Jalan Salib pada Minggu ke empat masa Pra Paskah. Kalau sudah masuk jalan Salib Minggu keempat, Ule Nale tidak akan naik lagi,"ujarnya.
Ia menerangkan untuk mengetahui musim Ule Nale, ada tanda-tanda alam. Seperti bau amis dan angin laut meniup cukup kencang pada siang hari.
Ia menjelaskan hitungan orang tua dari dulu terkait musim Ule Nale sangat tepat. Tidak pernah meleset, Ule Nale muncul pada masa pra Paskah ketiga atau Jalan Salib pada minggu ketiga.
"Memang dari dulu begitu tidak pernah meleset. Setiap minggu ketiga masa Pra Paskah pasti Ule Nale muncul,"ujarnya.
Ia menerangkan tanda lainya sebagai akhirnya dari berburu Ule Nale adalah hujan turun, angin cukup kencang, petir.
"Kalau muncul tanda itu berarti sudah selesai, musim Ule Nale sudah tidak ada lagi untuk tahun itu, nanti tunggu tahun depannya lagi,"ujarnya.
Ia menerangkan jika orang Sikka tidak berburu Ule Nale saat musimnya tiba, berarti ada yang kurang. Karena Ule Nale memiliki kekhasan tersendiri.
Ule Nale diolah sedemikian rupa, bisa digoreng atau dibuat seperti pepes. Makan dengan nasi yang masih panas, nikmati sekali rasanya. (Kgg).