Berita Nagekeo
Cerita Siswi SD di Nagekeo, Syukuran Komuni Pertama Berbagi Kasih ke Panti Asuhan daripada Pesta
Siswi SD di Mbay Nagekeo merayakan syukuran sambut baru dengan mengunjungi Panti Asuhan di Boawae. Ia tidak memilih untuk pesta pora seperti yang lain
Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
Ia dan isterinya Ade Mira Kwuta yang adalah seorang PNS di kabupaten Nagekeo, menawarkan alternatif perayaan komuni pertama salah satu diantaranya berkunjungan ke panti asuhan dan akhirnya disetujui oleh Putri.
"Rencana ini adalah rencana keluarga sendiri. Kami orang tua tidak memaksa pada anak. Ketika ditawarkan ke Putri, dia setuju, dan kami sebagai orang tua harus bisa menerimanya dan sudah tentu sangat bangga dan terharu dengan apa pilihannya," ungkap Anto yang juga jurnalis Radio di Nagekeo.
Bagi Anto, selama ini sambut baru di Nagekeo diidentikan dengan pesta kemeriahan dan harga diri seakan ini sudah menjadi budaya baru yang sebelumnya tidak biasa dilakukan.
Bagi orang yang tidak mampu akhirnya terpaksa harus membuat pesta karena terpengaruh dengan orang lain akibat harga diri atau tidak mau merasa inferior di tengah hidup sosial bermasyarakat.
Baca juga: BREAKING NEWS: Ribuan Tawon Ganggu Pesta Syukuran Sambut Baru di Nagekeo, Flores
Selain itu, ada kecenderungan orang buat pesta karena biar terlihat sanggup atau bisa walaupun sebenarnya harus menanggung utang, dan mengesampingkan pembinaan mental spritual anak di hari-hari ke depan.
Padahal bila tanpa tabungan keluarga yang memadai ini tentu beresiko terhadap tumbuh kembang anak secara mental karena situasi ekonomi keluarga yang tidak kondusif.

"Jangan sampai setelah pesta suami istri ribut karena pikir utang sehingga anak yang tanggung resiko, mentalnya terganggu karena sering ribut dalam keluarga atau padahal kalau dipikir-pikir biaya pesta bisa dipergunakan untuk kebutuhan yang lebih penting atau urgen dalam keluarga, seperti tabungan pendidikan anak sekolah," kata dia.
Anto mengimbau seharusnya ada pendidikan dari gereja yang harus terus digalakkan agar memperbaiki paradigma yang salah tentang pesta sehingga ajaran gereja yang merujuk tentang hidup sederhana dan bersedekah tetap melekat pada anak-anak penerima komuni pertama.
"Ada semacam adagium kalau "kita pernah makan orang punya daging maka orang juga harus sesekali makan kita punya daging", ini harusnya diubah dalam konteks sambut baru macam ini. Namun bisa diacara lain. Kadang kontradiksi dengan adat dimana dalam budaya orang Nagekeo ada saling balas pihak perempuan harus balas kain dan laki-laki dengan uang harga kambing, namun seharusnya kita belajar untuk memberi tanpa mengharapkan imbalan walaupun itu adalah adat sehingga tidak menuntut kita untuk buat pesta demi kasih kali apa yang sudah kita beri,"ujar dia.
"Kita tidak merasa rugi walaupun banyak yang sudah kita keluarkan untuk orang lain atau keluarga kita, ketika kita ikut pestanya orang," tutup Anto.
Usai mengunjungi panti Asuhan, Putri bersama adik dan kedua orangtuanya kembali ke rumah mereka di Kota Mbay dengan senang dan semangat. (Kgg).