Berita NTT

4 Kebijakan Gubernur NTT yang Pernah Menjadi Sorotan, Satu Diantaranya Wajib Berbahasa Inggris

Viktor Bungtilu Laiskodat merupakan Gubernur NTT periode 2018–2023. Gubernur NTT kini menjadi sorotan karena kebijakan soal jam 5 masuk sekolah di NTT

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / HO-HUMAS BANK NTT
BORONG - Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, didampingi Bupati Alor, Amon Djobo, Prof Daniel Kameo, Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, ketika berkunjung ke Pasar Terbakar yang terletak di jantung kota Kalabahi, Alor, Kamis (9/6) siang. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Viktor Bungtilu Laiskodat merupakan Gubernur Nusa Tenggara Timur periode 2018–2023.

Selama menjabat sebagai gubernur, Viktor dibantu Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi.

Baru-baru ini, video pernyataan Gubernur NTT viral di media sosial soal kebijakan masuk sekolah jam 05.00 Wita.

Berikut ini adalah catatan TRIBUNFLORES.COM mengenai kebijakan Gubernur NTT yang sempat menjadi sorotan.

Baca juga: Gubernur NTT Sebut untuk Menjadi Manusia Unggul Harus Siap Sebelum Matahari Terbit

 

Beberapa kebijakan Gubernur ke-8 NTT ini kerap menuai kritikan masyarakat NTT baik melalui media sosial maupun secara langsung namun banyak juga yang mendukung kebijakan-kebijakan tersebut.

Masyarakat NTT tentu masih ingat kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur NTT, Viktor Laiskodat tahun 2019 lalu, yakni Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menetapkan hari Rabu sebagai hari berbahasa Inggris bagi seluruh perangkat daerah, aparatur sipil negara dan warga desa wisata.

Penetapan itu tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No 56 tahun 2018 tentang Hari Berbahasa Inggris.

Bagi mereka yang melanggar peraturan tersebut, akan dikenakan sanksi berupa teguran lisan, tertulis atau kewajiban mengikuti kursus bahasa Inggris dengan biaya sendiri.

Baca juga: Kebijakan Gubernur NTT Masuk Sekolah Jam 5 Digeser ke Jam 5.30 Pagi, Berlaku untuk 10 Sekolah di NTT

Kebijakan ini sempat menuai kritikan warganet yang merupakan warga NTT.

Alhasil, dalam praktik di lapangan, tidak ada perangkat daerah, aparatur sipil negara dan warga desa wisata yang menggunakan bahasa Inggris pada setiap hari Rabu.

Ditahun yang sama, Gubernur NTT, Viktor Laiskodat kembali membuat pernyataan kontroversial yakni berencana akan menerbitkan Perda tentang perempuan NTT menenun.

Tujuan dari Peraturan Daerah (Perda) ini adalah untuk mengatur perempuan perempuan di NTT agar memiliki kemampuan dasar dan keutamaan dalam menenun kain tenun tradisional.

"Saya akan keluarkan Perda perempuan NTT menenun. Jadi setiap perempuan NTT harus tau menenun baru bisa kawin. Kalau belum bisa menenun, berarti belum boleh kawin,” ujar VBL saat menghadiri Festival Sarung dan Musik NTT di depan Gereja Anugerah Jalan El Tari pada Sabtu, 2 Maret 2019 lalu.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved