Breaking News

Berita Sikka

Kisah Theresia Avila, Awalnya Murtad Hingga Kini Jadi Penjahit Sukses di Sikka

"Masa kecil saya saat itu penuh dengan tantangan, ibu saya meninggalkan kami masih kecil dan kami hidup dengan ibu tiri

|
Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/MARIA MANGKUNG
PENJAHIT - Theresia Avila sedang menjahit baju langganannya di ruang kerjanya yang berada di Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Senin 1 Mei 2023. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Maria Mangkung

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Theresia Avila atau kerap disapa Sudarmi menceritakan kisah hidupnya yang memutuskan jadi murtad hingga menjadi seorang penjahit yang sukses di Kota Maumere.

Ibu lima orang anak ini, mengungkapkan perjalanan spiritualnya hingga menjadi murtad berawal dari masa kecilnya yang penuh dengan rintangan dan cobaan hingga dirinya terus mencari cara agar bisa dekat dengan Sang Pencipta serta mendapatkan kedamaian saat ia sedang berdoa.

"Masa kecil saya saat itu penuh dengan tantangan, ibu saya meninggalkan kami masih kecil dan kami hidup dengan ibu tiri yang begitu keras dalam mendidik saya dan adik saya. Ayah saya adalah seorang muslim yang sangat taat, beliau juga pekerja keras, apapun yang dikatakan mereka saat itu harus saya turuti. Lumayan sulit karena masa lalu saya tidak bahagia, dari kecil pendapat saya selalu salah," jelas Wanita kelahiran tahun 1976 itu pada 1 Mei 2023.

Dikatakannya, dari pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan itu, ia lalu mencari kedamaian dengan berdoa dan membaca Alkitab dan merenungi makna dari apa yang disampaikan Tuhan.

Baca juga: Kisah Ibu-ibu Pedagang Ubi di Pasar Larantuka, Tak Pulang Jika Belum Laku

 

"Ketika saya sedih Tuhan selalu menguatkan saya dengan ayat-ayat sucinya didalam Alkitab sehingga saya merasa tenang dan selalu bersyukur, dari situ saya memilih pindah agama," kata wanita yang berprofesi sebagai penjahit itu.

Meski bercerita tentang keindahan memeluk agama Katolik, Theresia menegaskan bahwa dia tidak sedikit pun menjelek-jelekkan keyakinannya yang terdahulu.

"Orang tua juga awalnya marah dan kecewa namun kini mereka sudah bisa menerima perbedaan diantara kami. Intinya ketika kita sudah memilih agama saat ini kita tidak boleh menjelekkan agama sebelumnya," ujar Theresia.

Wanita kelahiran Malaysia itu sudah bahagia dengan jalan hidup yang dipilihnya. Theresia kini sudah memiliki usaha sendiri dan menjadi penjahit sukses di Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka.

"Awalnya saya datang merantau kesini pada tahun 1993, dan bekerja di Toko jahit baju, dari situ saya mulai belajar menjahit hingga kini sudah punya tempat jahit sendiri," tuturnya.

Dari hasil menjadi penjahit sejak tahun 1993, Theresia berhasil membangun rumah, membeli tanah, hingga menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang Perguruan Tinggi.

"Kalau dari tahun 1993 saya masih digaji jadi penghasilanya masih pas-pasan tapi kalau buka usaha sendiri mulai tahun 1997. Kalau dihitung sejak itu hasilnya saya sudah beli tanah, bangun rumah, dan sekolahkan anak-anak saya hingga ada yang sudah sarjana, anak pertama saat ini sedang ambil S2 lagi di Jogyakarta, yang lainnya masih SMA, dan SMP," jawabnya.

Sebagai buruh jahit, Theresia mengaku menerima pesanan 2-3 pakaian setiap hari. Itu pun kadang tidak menentu, bisa-bisa selama satu minggu tidak ada satu pun order jahit atau sekadar permak pakaian yang datang.

"Kalau penghasilan tergantung musim disini, biasanya sehari bisa 2 sampai 3 orang yang datang tapi kadang juga tidak ada, saya kalau lagi musim seperti sambut baru, lebaran, natal, dan hari raya lainnya biasanya dalam sebulan 7 sampai 8 juta tapi kalau lagi sepi hanya 3 atau 4 juta saja," ungkapnya sambil tersenyum.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved