KDRT di Flores Timur

Nasib Istri ASN di Flores Timur: Dianiaya, Diterlantarkan, Difitnah, dan Diceraikan Suami

"Kami menikah tahun 2003, sepanjang hidup baik-baik saja. Tapi setelah jadi PNS tahun 2007, itu dia mulai bermain

Editor: Nofri Fuka
TRIBUNFLORES.COM/ISTIMEWA
FOTO ILUSTRASI - Ilustrasi kekerasan berujung perceraian. Istri ASN di Flores Timur dianiaya hingga diterlantarkan suami. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Seorang istri Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT mengaku dianiaya hingga diterlantarkan suaminya gegara wanita idaman lain.

Perempuan berinisial LNK, berusia 41 tahun, warga salah satu desa dalam wilayah Kecamatan Demon Pagong terus menanggung laranya selama belasan tahun.

Ia mengaku suaminya, Benyamin Kwegeng Lubur, sering jajan dengan sejumlah perempuan malam hingga rumah tangga yang sudah dibangun sejak tahun 2003 berantakan.

"Kami menikah tahun 2003, sepanjang hidup baik-baik saja. Tapi setelah jadi PNS tahun 2007, itu dia mulai bermain," katanya kepada wartawan, Jumat 12 Mei 2023.

Baca juga: Penganiayaan Hingga Tewas, Polres Malaka Lakukan Penyelidikan

 

Ia mengatakan, suaminya sering keluyuran bak pemuda lajang hingga menghamburkan uang membuat keduanya sering cek-cok. Aksi penganiayaan pun terjadi kendati ia baru melahirkan buah hati kedua.

"Puncaknya 2010. Dia pukul saya padahal baru melahirkan anak kedua sampai saya tidak bisa lihat, seluruh badan bengkak," ungkap LNK.

Penganiayaan itu membuat keluarganya tak tinggal diam. Beberapa saudaranya melampiaskan kekesalan usai melihat wajah LNK lebam dan bengkak. Ia lalu dibawa ke rumah orang tuanya di Demon Pagong.

Beberapa bulan berselang, suaminya tiba-tiba mendatanginya secara langsung untuk meminta maaf. Mereka bersepakat secara lisan agar kejadian itu tidak terulang kembali.

"Dia minta rujuk dan buat pernyataan dengan bapak. Dia janji tidak pukul saya lagi," katanya.

Bukannya berubah, perilaku oknum ASN pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Flores Timur itu semakin menjadi-jadi. Ia kerap pulang pagi dengan perangainya yang semakin beringas.

"Saya dipukul lagi itu tidak sampai satu minggu, padahal saya hanya tanya dia dari mana," ceritanya.

Meski tertekan, namun ia memilih tetap bertahan. Hal itu dilakukan setelah dinasehati almarhum ayahnya agar tetap mempertahankan ikhrar pernikahan katolik.

Menjadi seorang ibu dan istri tanpa perhatian suami membuatnya kewalahan mengurus rumah tangga. Perempuan kelahiran 27 Maret 1982 memutuskan merantau sebagai asisten rumah tangga di Negeri Jiran Malaysia tahun 2010 sampai 2011.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved