Berita Manggarai
Polisi Bantah Ada Penangkapan Wartawan, Herry Kabut Mengaku Ditangkap dan Baru Dibebaskan Sore Hari
Kapolres Manggarai AKBP Edwin Saleh menipis informasi terkait penangkapan Herry Kabut, wartawan juga pimpinan Redaksi Floresa saat melakukan peliputan
Penulis: Robert Ropo | Editor: Ricko Wawo
Silakan kalian memeriksa web Floresa, di situ ada foto saya dan status saya. Bandingkan muka saya dengan foto itu apakah ada perbedaan atau tidak,” kata saya.
Saya juga berkata, “ID card hanya salah satu item yang bisa menunjukkan identitas saya. Masih ada item lain yang bisa dipakai untuk menunjukkan identitas.”
Tanpa menghiraukan penjelasan itu, mereka terus-terusan menuntut saya menunjukkan kartu pers dan mulai memukul saya, sambil menggiring saya ke samping mobil milik TNI.
Di samping mobil itu, sambil seorang aparat tetap “mengunci” leher saya, beberapa lainnya mulai mencekik, meninju muka dan kepala saya, menarik tas saya hingga salah satu talinya terputus, dan menendang beberapa bagian tubuh, termasuk kaki.
Aksi itu dilakukan beberapa aparat, serta anggota polisi intel yang juga menyebut dirinya sebagai “anak media.”
Mendapat pukulan bertubi-tubi itu, saya berteriak-teriak. Beberapa warga Poco Leok mendekat ke lokasi pemukulan itu dan merekam aksi aparat dan wartawan itu dengan kamera ponsel.
Beberapa warga merekam aksi pemukulan itu di balik semak-semak, sebelum ketahuan aparat keamanan yang lalu mengejar dan melarang mereka mendokumentasikan pemukulan itu.
Pukulan-pukulan itu menyebabkan pelipis kiri saya bengkak dan lebam serta lutut saya terasa sakit. Cekikan mereka juga membuat rahang kanan dan area hidung saya terluka.
Mereka mengklaim, “potretan saya merupakan bagian dari upaya memprovokasi warga.”
Mereka menuding saya sebagai “anak buah Pater Simon dan provokator.” Pater Simon merujuk pada Pater Simon Suban Tukan, SVD, direktur JPIC-SVD, lembaga milik Gereja Katolik yang selama ini mendampingi warga Poco Leok.
Mereka juga mengklaim bahwa “kalau mau mengambil gambar, harus minta izin kepada kami.”
Mereka juga menuding “Floresa selalu membuat berita miring tentang proyek geotermal.”
Di antara mereka ada juga yang sempat meminta KTP saya. Tapi, saya tidak memberikannya. Ada juga yang berteriak “Ambil borgol! Borgol saja dia!”
Mereka juga menyita tas yang di dalamnya berisi laptop dan kamera serta menyita ponsel saya.
Seorang anggota polisi yang sejak awal mengunci leher lalu merampas ponsel saya.
Dianiaya Aparat di Poco Leok
Jurnalis ditangkap di Poco Leok
Kekerasan aparat di Poco Leok
Geothermal di Poco Leok
TribunFlores.com
Pemred Dianiaya Oknum Polisi Saat Meliput Aksi di Poco Leok, Floresa Tempuh Jalur Hukum |
![]() |
---|
Workshop Promosi dan Diseminasi KIK di Sikka, Johny Rohi Singgung Pelaku UMKM yang Tidak Miliki HKI |
![]() |
---|
50 Tahun Yaspem Maumere: Quo Vadis? |
![]() |
---|
Melchias M. Mekeng Ditunjuk Jadi Ketua Fraksi Partai Golkar di MPR RI |
![]() |
---|
Sambut HUT Ke-79 TNI, Kodim Manggarai Bersihkan Sampah di Pasar Ruteng |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.