Dampak Erupsi Gunung Lewotobi

Prihatin, Siswi SD Inpres Wolorona Belajar di Bawah Atap Rusak Akibat Erupsi Gunung Lewotobi

Kondisi atap sekolah SD Inpres Wolorona di Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT, sangat memperihatinkan.

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
Aktivitas belajar-mengajar siswa dan guru SD Inpres Wolorona, Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, Rabu, 9 Oktober 2024. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA- Kondisi atap bangunan SD Inpres Wolorona di Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT, rusak berat karena abu vulkani dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Rabu, 9 Oktober 2024, tampak para guru dan siswa sekolah itu tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di bawah atap bocor, abu vulkanik masuk ke dalam ruangan kelas melalui atap yang terbuka lebar.

Seisi ruang kelas dipenuhi belerang, mulai dari lantai, meja, dan kursi. Bahkan kadar belerang semakin tebal saat Gunung Lewotobi Laki-laki kembali meletus dan membawa abu ke arah barat dan barat daya.

Kepala Sekolah SD Inpres Wolorona, Germana Gelole, mengatakan sebanyak 1.327 lembar seng rusak berat. Data ini mencakup 22 ruang sekolah termasuk MCK siswa dan guru.

 

Baca juga: Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus, Semburkan Abu Vulkanik 1 kilometer

 

 

Germana Gelole merincikan kerusakan seng meliputi 1.001 lembar pada 10 ruang kelas, 88 lembar pada ruang perpustakan, 70 lembar  pada ruang kepsek, 79 lembar pada 4 ruang MCK guru, dan 79 lembar pada 6 MCK siswa.

"Sementara ini kita sudah mulai dengan langkah-langkag untuk mencari jalan keluar. Kami sudah dipanggil Korwil Wulanggitang untuk melaporkan seluruh ruangan yang rusak akibat erupsi," katanya, Rabu, 9 Oktober 2024.

Germana menyebutkan, Dinas PKO Kabupaten Flores Timur dipimpin Felix Suban Hoda telah meminta mereka melaporkan data kerusakan melalui link khusus.

"Kita sudah kirim tadi. Besar harapan semoga secepatnya ada respon baik, apa lagi sesaat lagi memasuki musim hujan dan itu semakin memperparah keadaan kami di sekolah untuk melaksanakan KBM," ucapnya.

Baca juga: September 2024, Nilai Tukar Petani NTT Naik 1,21 Persen 

Germana mengaku dilema dengan kondisi bencana yang dialami guru dan siswa. Dari sisi kesehatan, warga sekolah sangat rentan terkena penyakit, namun jika diliburkan maka siswanya akan tertinggal materi belajar.

"Di dalam ruangan penuh abu vulkanik. Mau liburkan tapi masih ada materi pembelajaran yang harus diterima siswa," ucap Germana.

Disaksikan TRIBUNFLORES.COM, para siswa kesulitan belajar lantaran meja dan kursi kini dipenuhi abu vulkanik. Mereka harus bekerja ekstra membersihkan ruang sekolah baik pagi maupun siang selepas jam pelajaran.

Satu ruangan tempat menyimpan dokumen penting dipasang terpal agar aman apa bila suatu saat turun hujan.

Berita TribunFlores.com Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved