Kasus ASF di Ende

Penjual Daging Babi Liar Marak di Kota Ende Diduga Jual Babi Mati dan Sakit

Dampak yang timbulkan dengan keberadaan para pemotong dan penjual daging babi liar di Kota Ende, kata Thobias, tidak baik untuk kesehatan manusia.

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/HO-ISTIMEWA
DAGING BABI - Ternak babi milik Thobias Doke yang sudah dipotong dan siap dijual ke masyarakat dan aman untuk dikonsumsi, Senin, 17 Februari 2025. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo

TRIBUNFLORES.COM, ENDE - Asosiasi Peternak Kabupaten Ende (Asterbe) menduga adanya penjualan daging babi yang sudah mati atau sakit oleh sejumlah pemotong dan penjual daging babi liar di Kota Ende, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Hal ini diungkapkan Thobias Doke, pengurus Asosiasi Peternak Kabupaten Ende (Asterbe) kepada TribunFlores.com, Senin, 17 Februari 2025 pagi.

"Begitu banyak pemotong liar di Ende ini yang membeli babi mati atau babi yang sakit dengan harga murah dan mereka jual lagi leluasa kepada masyarakat, masyarakat ini beli daging babi dan mereka makan sedangkan limbahnya mereka buang atau kasih lagi babi yang masih sehat untuk makan, apalagi saat pesta, itu lebih parah, maka kena lagi dan akibatnya ribuan babi mati," ungkap Thobias Doke.

Baca juga: Cegah Penyebaran ASF, Petugas Gabungan di Sikka Tahan Mobil Angkut Ternak Babi dari Nagekeo 

 

Dia juga menyebutkan, terhadap sejumlah pemotong dan penjual daging babi liar di Kota Ende, pihak Asosiasi Peternak Kabupaten Ende (Asterbe) tidak bisa berbuat banyak dan melaporkan hal tersebut kepada pemerintah.

"Kami dari asosiasi tidak bisa berbicara lebih karena kami punya wewenang hanya menyampaikan ini kepada pemerintah, kalau kami dari asosisasi mau bertindak agak repot juga, takutnya mereka yang pemotong dan penjual babi liar ini berpikir kami ini iri dengan mereka," ujar dia.

Dampak yang timbulkan dengan keberadaan para pemotong dan penjual daging babi liar di Kota Ende, kata Thobias, tidak baik untuk kesehatan manusia karena lokasi penjualan babi yang berada di pinggir jalan yang rentan terkena debu.

"Pembuatan sebuah lapak yang baik itu minimal 20 meter dari jalan raya dan harus di ruang tertutup, ini kan jualnya di pinggir jalan, nah bagaimana debu yang masuk ke daging, yang kedua, daging mereka jual itu bukan lagi daging higienis tapi daging yang sudah berhari-hari, memang daging jenis apapun kalau sudah dimasukkan ke fresher mau berbulan-bulan pun tidak apa-apa asalkan dalam tingkat suhu yang tinggi dan tidak diangkat, kalau mereka inikan daging yang tidak habis hari ini, malamnya dia masukkan di fresher, pagi dia angkat dan jual lagi," ungkap Thobias.

Selain limbah daging babi dibuang sembarang atau diberikan lagi kepada ternak babi yang masih sehat, dia juga menduga, penyebab lain kematian ribuan babi di Kabupaten Ende karena bangkai babi yang sudah mati tidak dikubur atau dibakar tetapi dibuang ke sungai.

"Saya kemarin masuk ke Wolotolo, itu ratusan babi yang mati disitu, ternyata setelah saya diskusi dengan kepala desanya ternyata mereka memberi makan babi dengan kangkung yang tumbuh di bantaran sungai," tambah dia.

Baca juga: Cegah ASF, Dinas Peternakan Nagekeo Larang Bawa Babi dari Daerah Terinfeksi Demam Babi Afrika

Ia juga menjelaskan, babi yang mati sebaiknya dimasukkan dalam lubang kemudian dibakar agar limbahnya tidak tersebar kemana-mana. 

Sementara itu, Sekertaris Dinas Peternakan Kabupaten Ende, Ibrahim Gadir Dean yang dikonfirmasi TribunFlores.com secara terpisah mengaku tidak memiliki data soal pemotong dan penjual daging babi liar yang diduga menjual babi mati atau sakit kepada masyarakat.

"Karena kami tidak mempunyai kewenangan untuk mengetahui data-data itu karena kami hanya tahu di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Jalan Irian Jaya itu, kami tidak melakukan pemeriksaan yang menjual bebas karena itu bukan kewenangan Dinas Pertanian, kalau kami melakukan pemeriksaan, kami salah, terkait dengan penertiban los-los mereka itu bisa komunikasi dengan Disperindag dan Sat Pol PP karena kami hanay urus aspek teknisnya," jelas Gadir Dean.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ende, Mohamad Syarir yang dihubungi TribunFlores.com, Senin, 17 Februari 2025 belum memberikan jawaban.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved