Berita Manggarai Barat
Visualisasi Asmara Kumala Jamrud dan Gadis Golo Mori di Labuan Bajo Manggarai Barat
Jingkrak kaki putra putri generasi bangsa, masih bergairah di atas Bukit Golo Mori, Labuan
Penulis: Petrus Chrisantus Gonzales | Editor: Ricko Wawo
Seorang pemeran warga desa mengayunkan tangan di depan perutnya mengisyaratkan seolah-olah ada yang sedang hamil.
Baca juga: BUMD Milik Pemprov NTT PT Flobamor Benahi Manajemen dan Kerja Sama
Sembari mereka berdiskusi suasana desa itu semakin nampak takkan mereka membawa nyiru rotan dan diisi sayur marungge.
Tiba-tina saja gadis Desa sebagai istri Kumala Jamrud masuk dalam panggung dengan menggendong anaknya dan meletakan pada sebuah tempat tidur kecil.
Setelah itu dirinya mendekati para warga desa yang lain. Adegan menyedihkan ada di momen ini. Dimana, gadis itu harus dikucilkan karena asmaranya bersama Raja Jin melahirkan seorang anak.
Sekalipun dikucilkan, dirinya tidak bergeser selangkah pun. Sesekali ia ditunjuk-tunjuk, dicibir, dicemooh. Ditandai dengan beberapa wanita di dekatnya melempari dirinya dengan tangkai marungge yang kayu ke wajah dan kepalanya.
Tak lama berselang terdengar tangisan bayi hebat. Suara bayi itu seolah-olah sedang mencari ibunya. Namun sepanjang suara tangis itu terdengar, di atas panggung tak seorang pun yang bisa menggendongnya, bahkan dua orang penjaga bayi itu.
Meskipun mendengar anaknya menangis merintih, gadis desa itu masih duduk bersama wanita desa yang lain.
Ia tak menghiraukan tangisan anaknya, hingga suara itu berhenti seketika jua.
Adengan berganti seketika suara sm itu berhenti, barulah dia bergegas menuju anaknya. Malang nasibnya, anak si gadis dan Kumala Jamrud harus kembali kehadirat Allah.
Secepat mungkin gadis desa itu mengambil selembar kain hitam membungkus anaknya laku pergi jauh perlahan ke atas Bukit Golo Mori.
Setiap derap langkahnya perlahan seirama detak jantung. Instrumen kesedihan mengiringi kaki mungil si gadis.
Tatapan kosong, wajah penuh kemarahan yang tidak kuasa menahan kepedihan isi hati seorang ibu Kehilangan anaknya.
Satu demi satu anak tangga ditapaki. kian menjauh, kian menghilang tersisa cerita dan kenangan di atas puncak Golo Mori.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.