Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Semana Santa atau Hari Bae adalah ritual perayaan Pekan Suci Paskah yang dilakukan selama tujuh hari berturut-turut oleh umat Katolik di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pada prosesi Semana Santa Larantuka ini ada yang dinamakan prosesi laut. Patung yang diarak dilaut yaitu Tuan Meninu.
Patung Tuan Meninu yang diarak dengan sampan atau biasa disebut 'Berok' saat prosesi Jumat Agung di Selat Larantuka, Kabutapen Flores Timur menyimpan misteri yang tak bisa ditelisik terlalu dalam.
Menurut Seksi Perlengkapan Bero Tuan Meninu, Petrus Musu Fernandez, arca bayi penebus dosa itu bisa memicu petaka bagi siapa pun yang menggali dan membeberkan informasi terlalu dalam.
Baca juga: Mengenal Peran Lakademu Semana Santa Larantuka, Pembawa Peti Tuan Ana saat Jumat Agung 2023
Pria 65 tahun ini bersaksi sudah ada korban jiwa setelah nekat mencari tahu dan mendapat informasi.
Bahkan, ungkapnya, dirinya sebagai pemberi informasi akan mendapatkan musibah yang sulit diterima akal sehat.
Kesakralan itu telah diwariskan sejak dahulu kala. Mereka hanya menggambarkan secara garis besar tentang asal mula ditemukan dan alasan perarakan melalui laut diikuti ratusan kapal dan ribuan peziarah.
"Nanti saya yang korban. Artinya, para orang tua punya cerita seperti itu, jangan terlalu dalam," katanya kepada wartawan di halaman depan rumahnya, Jumat 31 Maret 2023.
Petrus menerangkan, patung Tuan Meninu tetap berada dalam kapela, sementara yang diarak dalam prosesi laut adalah patung Yesus Tersalib dalam peti kecil warna hitam dan dimuat dalam Berok. Berok tanpa mesin itu dikayuh empat pria bersama satu orang penjaga peti.
"Yang kita bawa itu Yesus Tersalib. Ini momen Yesus wafat," tandasnya.
Baca juga: Ikut Semana Santa Larantuka 2023, Berikut Jadwal Kapal Fery Kupang-Larantuka Flores Timur
Ia menuturkan, kehadiran patung Tuan Meninu dan sejumlah patung sakral lainnya bermula ketika kapal Zaramboga yang ditumpangi para saudagar dan misionaris Portugis terbawa arus hingga tali jangkarnya putus di bibir Pantai Gebi, Larantuka tahun 1600-an silam.
"Waktu itu arus kencang. Dorang (bangsa Portugis) mau kasih kita punya leluhur di sini (pantai sekitar Kapela Tuan Meninu) tapi tali jangkar putus sehingga hanyut sampai ke Pantai Gebi," katanya.
Saat terdampar, jelasnya, awak kapal meminta Raja Larantuka yang saat itu sudah dipermandikan oleh misionaris dominikan menjadi orang katolik untuk mengambil Patung Tuan Ana dan patung Yesus Tersalib menggunakan berok (sampan).