Margareta mengaku mengalami kerugian yang luar biasa akibat kasus kematian ternak babi yang dialaminya. Kerugian diperkirakan mencapai 100.000.000.
Sebanyak 13 ekor ternak babi berukuran besar dengan taksasi harga mencapai Rp. 5.000.000 mati dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Selain itu, sebanyak 16 ekor ternak babi dengan taksasi harga Rp. 1. 500.000 juga mati mendadak setelah nafsu makan menurun.
Sebagai seorang peternak babi, kata Margareta, dirinya baru pertama kali mengalami musibah kematian ternak babi dalam jumlah fantastis pada tahun 2024 ini.
Sementara itu, Kabid Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan Kabupaten TTU, drh Stefanus Tenis mengatakan, Dinas Peternakan Kabupaten TTU saat ini sudah menyediakan stok disinfektan untuk mencegah virus ASF.
Perihal penyaluran disinfektan dari Disnak TTU, lanjutnya, Disnak sudah menginformasikan hal ini kepada kepala resort peternakan di tingkat kecamatan agar mereka bisa mengambil disinfektan yang disiapkan Disnak TTU untuk didistribusikan kepada peternak babi.
Baca juga: ASF Ancam Populasi Babi, Pemda Flores Timur Diminta Proaktit, Tak Sekadar Imbau
Dalam upaya menindaklanjuti hal ini, Sekretaris Daerah TTU telah mengeluarkan surat imbauan agar camat, pemerintah desa desa dan peternak waspada serta antisipasi terhadap penyakit ASF.
Menurutnya, menjadi momok bagi Dinas Peternakan TTU. Pasalnya belum ditemukan vaksin dan obat untuk mengatasi penyakit yang menyerang ternak babi ini. Oleh karena itu, penerapan biosekuriti bisa dilakukan oleh peternak untuk mencegah penularan Virus ASF ini.
Selain itu, Kepala Resort peternakan di lapangan bisa memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Hal ini dimaksudkan agar peternak mengetahui KIE tersebut.
Ia juga mengimbau agar para peternak babi mesti menjaga Biosekuriti dimana peternak mesti menjaga agar lingkungan dan ternak babi miliknya tidak dikunjungi oleh pihak dari luar.
Apabila ditemukan kasus kematian ternak babi lagi maka, Veterainer TTU akan mengambil sampel pada babi yang mati untuk dikirim ke Veterainer Laboratorium Denpasar melalui UPTD Laboratorium di Kupang. (*)
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News