Menurut Tigor, hal ini penting untuk meyakinkan orang tua bahwa program MBG dijalankan sebaik mungkin.
Sejak diluncurkan pada 17 Februari 2025, kata Tigor program MBG telah melayani sekitar 8 juta anak di seluruh Indonesia.
Baca juga: Dikeroyok Secara Brutal di Mano Manggarai Timur, Tujuh Orang Korban Lapor Polisi
Menurutnya di setiap SPPG memiliki satu kepala dapur, satu ahli gizi, dan satu armada angkutan. Menurut Tigor, dua risiko terbesar dalam program ini adalah keamanan pangan dan korupsi.
Ia mengaku BGN telah membuat aturan atau Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk menjamin kelayakan bahan pangan, proses pengolahan, hingga distribusi.
Namun, Tigor tidak menutup kemungkinan terjadinya kontaminasi di sepanjang proses tersebut.
Ia juga mengingatkan bahwa pekerja dapur harus bekerja sejak pukul 01.00 hingga 06.00 WITA, yang dapat mempengaruhi ketelitian dan kehati-hatian.
"Bisa saja dalam proses itu terjadi kontaminasi. Karena itu, kami evaluasi semua proses agar hal ini tidak terulang lagi," jelasnya.
Tigor menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi dan introspeksi internal untuk memperbaiki tata kelola program.
"Kami prihatin atas apa yang terjadi. Tugas kami adalah memastikan sistem dan pengelolaan diperbaiki sehingga insiden seperti ini tidak terulang," pungkasnya.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News