Penemuan Mayat di Belu

Maria Fransiska Ceritakan Kronologi Suaminya Hilang hingga Ditemukan Meninggal di Kakuluk Mesak Belu

Ia menjelaskan, sejak dikabarkan hilang, pihak keluarga sudah melakukan upaya pencarian sendiri di sejumlah lokasi.

Editor: Gordy Donovan
POS-KUPANG.COM/AGUS TANGGUR
BERITA KETERANGAN - Maria Fransiska Suri Asten, Istri almarhum Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Belu, Fransiskus Xaverius Asten, meminta agar dilakukan otopsi untuk memastikan penyebab pasti kematian almarhum yang ditemukan meninggal dunia pada Minggu (9/11/2025) di Kilo 8, Jalan Raya Atambua-Atapupu, Kecamatan Kakuluk Mesak. 

Ringkasan Berita:
  •  Frans Asten meninggalkan rumahJumat malam (7/11/2025) sekitar pukul 18.55 Wita, namun tidak kembali dan nomor teleponnya tidak bisa dihubungi. Keluarga baru melaporkan ke polisi pada Sabtu (8/11/2025) setelah upaya pencarian mandiri gagal.
  • Pada Minggu (9/11/2025), almarhum ditemukan meninggal di Kilo 8, Jalan Raya Atambua-Atapupu.
  •  Istri almarhum meminta autopsi untuk tahu penyebab kematiaan. Polisi  mengajukan autopsi ke Dokkes Polda NTT dan sedang periksa saksi-saksi.

 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur

TRIBUNFLORES.COM, ATAMBUA - Pihak keluarga Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Belu, Fransiskus Xaverius Asten, meminta agar dilakukan otopsi untuk memastikan penyebab pasti kematian almarhum yang ditemukan meninggal dunia pada Minggu (9/11/2025) di Kilo 8, Jalan Raya Atambua-Atapupu, Kecamatan Kakuluk Mesak.

Permintaan itu disampaikan oleh istri almarhum, Maria Fransiska Suri Asten, setelah pihak keluarga sepakat agar dilakukan pemeriksaan mendalam terhadap jenazah atau otopsi. 

“Kami dari pihak keluarga sepakat untuk dilakukan autopsi, supaya lebih jelas penyebab kematiannya,” ujar Maria Fransiska saat diwawancarai POS-KUPANG.COM, di RSUD Mgr. Gabriel Manek Atambua, Minggu (9/11/2025).

Baca juga: Polisi Tunggu Tim Dokkes Polda NTT untuk Autopsi Jasad Kepala BPBD Belu

 

Menurutnya, keluarga merasa ada kejanggalan dalam peristiwa tersebut. Ia menjelaskan, sejak dikabarkan hilang, pihak keluarga sudah melakukan upaya pencarian sendiri di sejumlah lokasi.

“Kami keluarga sudah menyisir dari Sesekoe, Kelurahan Umanen sampai di Ainiba, tapi tidak menemukan. Karena itu kami minta kepolisian untuk memeriksa lebih dalam,” katanya.

Maria Fransiska juga menuturkan, dokter telah melakukan pemeriksaan fisik luar, tetapi belum sampai pada pemeriksaan mendetail, karena itu keluarga meminta untuk dilakukan autopsi. 

“Tadi dokter hanya periksa fisik bagian luar tubuh saja,” ungkapnya.

Ia juga mengisahkan, almarhum meninggalkan rumah pada Jumat (7/11/2025) sekitar pukul 18.55 Wita. Namun hingga larut malam tidak kembali dan nomor teleponnya tidak dapat dihubungi.

“Biasanya Bapa tidak pernah keluar lama. Paling lama 2 hingga 3 jam. Tetapi sejak Jumat itu, sekitar jam 23.00 Wita, adik bungsu baru sadar setelah cek dikamar bapa belum pulang. Setelah dicoba telpon berkali-kali, tapi nomor sudah tidak aktif,” jelasnya.

Laporan kehilangan kemudian baru dibuat ke Polres Belu pada Sabtu (8/11/2025).

Maria Fransiska menambahkan, selama ini almarhum hanya memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak tahun 2023, namun kondisi kesehatannya stabil karena rutin berobat dan mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter.

Sementara itu, dokter Chatarina dari RSUD Atambua yang melakukan pemeriksaan fisik luar tubuh korban dalam penyampaiannya kepada pihak keluarga mengatakan bahwa terdapat luka gores di kaki. 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved