Berita Flores Timur

Harap Ada Akses ke Petani Lokal, SPPG Flores Timur: Kami Wajib Cek Kualitas Buahnya

Buah semangka untuk menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dicurigai lebih banyak datang dari luar

Penulis: Paul Kabelen | Editor: Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
SEMANGKA-Buah semangka milik petani di NTT. Di kabupaten Flores Timur, akses untuk petani semangka terhadap program MBG belum terbuka lebar. Pihak dapur MBG berdalih mengutamakan kualitas dan harga pasar.    

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA-Buah semangka untuk menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dicurigai lebih banyak datang dari luar daerah ketimbang produk lokal.

Petani lokal menjadi kesulitan memasarkan buah hingga merasa bahwa program sebesar MBG bukan untuk memberdayakan petani lokal.

Alfiano (30), petani semangka asal Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, pernah becerita jika buahnya ditolak saat menawarkan langsung ke tiga dapur MBG di Larantuka.

 

Baca juga: Kerja Sama Polres Manggarai Timur dan YHFM, Penderita Gondok Berhasil Dioperasi Berkat

 

 

Dari sana ia disiram dengan kata-kata yang menurutnya mematahkan semangat petani anak muda. Dari tiga dapur yang ia datangi, salah satunya menyebut buahnya tidak memenuhi standar.

Dia merasa tak dihargai atas jerih lelah petani lokal yang menyambut baik MBG, program unggulan Presiden Prabowo.

"Mereka bilang, 'kami hanya terima buah sesuai standar'. Saya bilang, kalau memang buahnya saya tidak matang, saya bisa jamin buah baru," ceritanya kepada wartawan, Kamis (30/10/25).

Penyintas korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki ini menanam semangka tanpa bahan kimia yang juga menghampar timun segar.

Pengalaman pria 30 tahun itu menjadi sorotan publik. Banyak yang menaruh prihatin. Sorotan itu ditanggapi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) pada salah satu dapur di Kota Larantuka.

Sumber ini meminta agar identitas serta nama dapurnya tidak disebutkan. Terhadap hal itu, ia mengungkapkan bahwa pengelola dapur tidak asal-asalan mengambil bahan sebelum mereka memastikan kualitas buah dan harga pasar.

"Kami wajib cek kualitas buahnya apakah sesuai atau tidak. Karena ini akan dikonsumsi oleh banyak anak-anak," kata sumber itu.

Ia mengaku belum mengecek atau menguji standar kualitas buah yang ditawarkan Alfiano. Pihaknya mengaku tak akan menolak pangam petani lokal. Namum mereka wajib mengujinya, apakah kualitasnya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

"Mungkin yang sudah cek itu di dapur sebelah, kalau kami belum, saya juga belum bertemu dengan beliau, mungkin waktu itu dengan kami punya PIC," sebutnya.

"Kami tetap membuka ruang untuk petani kita, biasanya yang datang antar kesini itu supplier dan mereka juga kumpulkan buah dari petani lokal kita," jelasnya.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved