Berita NTT

Dari Sapu ke SK: Kisah Paulus Pandie Oba, Petugas Jasa Kebersihan Jadi P3K di Politani Kupang

Langkahnya perlahan menuju panggung pelantikan di Aula Politeknik Pertanian Negeri Kupang (Politani Kupang), Rabu 29 Oktober 2025.

Editor: Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM/TARI RAHMANIAR ISMAIL
Paulus Pandie Oba, pria asal Kupang setelah selesai pelantikan P3K. 

“Saya cuma tamat SMP. Jadi kalau mau ikut seleksi P3K, harus punya ijazah SMA,” ceritanya.

 

Baca juga: DKP NTT Persiapkan Bahan Untuk Penyidikan Kerusakan Terumbu Karang di Labuan Bajo

 

Tanpa pikir panjang, ia pun mendaftar paket C. Di sela-sela rutinitasnya sebagai teknisi, Paulus belajar lagi, mengulang pelajaran yang dulu pernah ditinggalkannya.

Setelah menerima informasi dari kantor, ia menyiapkan berkas dan mengikuti proses seleksi P3K yang cukup ketat.

“Saya ini tidak pandai komputer. Jadi waktu isi data, teman-teman kantor bantu. Mereka juga bantu kirim berkas ke BKN dan saya pikir saya gagal,” ujarnya.

Paulus masih ingat detik-detik pengumuman hasil seleksi.

“Saya pikir saya gagal administrasi, karena ijazah saya paket C. Tapi pas lihat pengumuman, tertulis Selamat, Anda lulus administrasi BKN. Saya langsung gemetar,” ujarnya. 

Kini, pria yang dulu hanya menerima Rp650 ribu sebulan itu resmi menyandang status sebagai P3K di Politeknik Pertanian Kupang, dengan gaji sekitar Rp2,5 juta per bulan.

Namun, Paulus tak melihat ini sebagai akhir perjuangan.

“Saya jalani saja apa yang ada. Yang penting kerja baik, jujur, dan bersyukur dan berdoa, itu saja,” ujarnya. 

Paulus masih tinggal di rumah orang tuanya di Desa Kupal. Ia belum menikah, tapi hidupnya penuh rasa syukur. 

Ia tahu, pencapaiannya hari ini bukan semata hasil kerja keras, tetapi juga campur tangan Tuhan dan dukungan rekan-rekan kerjanya.

“Saya mau ucap terima kasih kepada pimpinan yang sudah kasih kesempatan, dan teman-teman yang bantu urus semua. Kalau pesan dari saya, cuma satu: berdoa banyak. Karena doa itu yang bikin saya bisa sampai di sini,” ujarnya.

Kini, setiap kali melintas di halaman Politani Kupang, Paulus bukan lagi sekadar petugas kebersihan. Ia simbol ketekunan  bukti bahwa kesetiaan dan kerja jujur tak pernah sia-sia.

Dari lorong kampus yang dulu ia sapu tiap pagi, kini langkahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang: bahwa mimpi tak selalu butuh start besar, asal ada tekad dan doa yang tulus.

“Saya cuma cleaning service. Tapi Tuhan bisa ubah jalan saya,” ujar Paulus dengan senyum malu-malu. (Iar) 

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved